Beban Berat Kelas Menengah Indonesia: Pungutan, Pajak, sampai Kesulitan Pekerjaan
- Pexels
Jakarta, WISATA - Kelas menengah di Indonesia sering dianggap sebagai motor penggerak ekonomi. Mereka adalah kelompok yang memiliki daya beli, berkontribusi signifikan dalam perekonomian, dan menjadi tulang punggung pasar konsumen. Namun, beban yang mereka tanggung semakin hari semakin berat, dari pungutan, pajak, hingga kesulitan pekerjaan. Artikel ini akan mengulas berbagai tantangan yang dihadapi kelas menengah Indonesia saat ini.
Pungutan dan Pajak yang Kian Mencekik
Salah satu beban terbesar yang dirasakan oleh kelas menengah adalah pajak. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu komponen yang signifikan dalam pengeluaran mereka. Meski skema pajak dirancang untuk adil, kenyataannya banyak orang merasa beban ini terlalu berat. Pajak pertambahan nilai (PPN) yang kini mencapai 12% juga menambah deretan pajak yang harus dibayar oleh masyarakat.
Menurut data Kementerian Keuangan, kontribusi pajak dari kelas menengah mencapai lebih dari 60% dari total penerimaan pajak negara. Namun, peningkatan PPN dan beberapa jenis pajak lainnya seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) seringkali tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas layanan publik, sehingga menambah rasa ketidakadilan bagi kelas menengah.
Pungutan Lain yang Memberatkan
Selain pajak resmi dari pemerintah, kelas menengah juga dibebani oleh berbagai pungutan lain yang tidak kalah menguras kantong. Misalnya, biaya administrasi bank, biaya parkir, hingga pungutan liar yang kadang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Pungutan-pungutan ini meskipun terlihat kecil, jika diakumulasikan dalam sebulan atau setahun, jumlahnya cukup besar dan memberatkan.
Kesulitan dalam Dunia Kerja