Bagaimana dan Mengapa Ludwig Feuerbach Mengalami Perubahan dari Pengaruh Pemikiran Hegel

Ludwig Feuerbach
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Ludwig Feuerbach, seorang filsuf Jerman abad ke-19, telah memainkan peran penting dalam sejarah pemikiran manusia. Namun, perjalanan pemikirannya tidak selalu sejalan dengan pemikiran Hegel, mentor dan pengaruh utamanya di awal kariernya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana dan mengapa Feuerbach mengalami perubahan dari pengaruh pemikiran Hegel.

Aristoteles dan Alexander Agung: Karya Besar dari Guru dan Murid yang Menguatkan Peradaban

Pengaruh Pemikiran Hegel pada Feuerbach

Feuerbach awalnya terpengaruh secara signifikan oleh pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf Jerman terkemuka pada masanya. Hegel dikenal karena kontribusinya terhadap filsafat idealisme, di mana dia mengembangkan konsep-konsep seperti dialektika, absolut, dan roh dunia.

Bagaimana Pemikiran Aristoteles Membentuk Langkah Besar Alexander Agung?

Pemikiran Hegel sangat mempengaruhi pemikiran Feuerbach selama masa studinya di Universitas Heidelberg dan Universitas Berlin. Feuerbach terpesona oleh kekuatan dan kompleksitas sistem Hegel, serta konsep Hegel tentang dialektika sebagai alat untuk memahami perkembangan sejarah dan realitas.

Perubahan Pemikiran Feuerbach

Hubungan Misterius Aristoteles dan Alexander Agung: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar?

Namun, seiring berjalannya waktu, Feuerbach mulai meragukan beberapa aspek pemikiran Hegel. Salah satu perbedaan utama adalah pandangan mereka tentang agama dan eksistensi Tuhan. Hegel, dalam pandangannya tentang agama, melihatnya sebagai tahap penting dalam evolusi kesadaran manusia, sementara Feuerbach mulai melihat agama sebagai bentuk alienasi manusia dari dirinya sendiri.

Perubahan pemikiran Feuerbach ini terjadi sebagian karena kritik yang dia terima dari lingkaran pemikiran Hegelian. Kritik tersebut mendorongnya untuk merenungkan kembali pemikirannya tentang agama dan eksistensi, yang pada akhirnya mengarah pada pengembangan konsep materialisme antropologis, di mana manusia dan pengalaman manusia menjadi pusat dari pemahaman tentang dunia.

Halaman Selanjutnya
img_title