Leibniz: "Kemungkinan adalah Cermin dari Keberadaan Tuhan yang Tak Terbatas"

Gottfried Wilhelm Leibniz
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Gottfried Wilhelm Leibniz, seorang filsuf, matematikawan, dan ahli metafisika Jerman, adalah salah satu pemikir terbesar dalam sejarah filsafat Barat. Ia dikenal karena kontribusinya dalam berbagai bidang, mulai dari matematika hingga teologi. Salah satu kutipan terkenalnya yang menyatakan bahwa "Kemungkinan adalah cermin dari keberadaan Tuhan yang tak terbatas" menjadi pusat perhatian dan perdebatan dalam pemikiran filsafat modern. Artikel ini akan menggali makna dan implikasi dari kutipan ini serta melihat bagaimana pandangan Leibniz memengaruhi pemikiran dan pandangan dunia kita saat ini.

Aristoteles dan Alexander Agung: Karya Besar dari Guru dan Murid yang Menguatkan Peradaban

Riwayat Hidup

Gottfried Wilhelm Leibniz lahir pada 1 Juli 1646 di Leipzig, Sachsen, Kekaisaran Romawi Suci (sekarang Jerman). Dia menunjukkan bakat luar biasa dalam matematika, logika, dan bahasa sejak usia dini. Leibniz belajar hukum dan filsafat di Universitas Leipzig dan meraih gelar doktor di bidang hukum pada usia 20 tahun.

Hubungan Misterius Aristoteles dan Alexander Agung: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar?

Kontribusi Terkenal

Leibniz dikenal karena berbagai kontribusinya dalam berbagai bidang, termasuk matematika, filsafat, logika, dan teologi. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pengembangan kalkulus independen dari Isaac Newton. Namun, karyanya yang lebih terkenal adalah dalam bidang metafisika, di mana ia mengembangkan konsep monadisme, teori yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari entitas dasar yang disebut monad, yang merupakan cermin dari keberadaan Tuhan.

9 Quote dan Kutipan Terbaik dalam Kakawin Sutasoma Karya Empu Tantular

Kutipan Terkenal

Salah satu kutipan paling terkenal dari Leibniz adalah, "Kemungkinan adalah cermin dari keberadaan Tuhan yang tak terbatas." Kutipan ini mencerminkan pandangan Leibniz tentang hubungan antara kemungkinan, realitas, dan keberadaan Tuhan. Baginya, segala sesuatu yang mungkin ada adalah refleksi dari kemampuan dan kehendak Tuhan, yang tidak terbatas dalam kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya.

Halaman Selanjutnya
img_title