Inilah Tuduhan Penguasa Athena Kepada Socrates: Mengkafirkan Dewa, Meracuni Pemikiran Subversif

Socrates di tengah Warga Athena (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Malang, WISATA - Kisah tragis Socrates, seorang filsuf Yunani kuno yang dihukum mati oleh otoritas Athena pada abad ke-5 SM, masih menjadi topik diskusi yang relevan dalam dunia sejarah dan filsafat. Salah satu tuduhan utama yang diajukan terhadap Socrates adalah bahwa dia mengkafirkan dewa-dewa tradisional Athena dan meracuni pikiran pemuda-pemuda dengan pemikiran subversif. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi tuduhan-tuduhan ini dan memahami konteks sejarah di balik mereka.

Warisan Abadi Socrates: Bagaimana Pemikirannya Membentuk Plato dan Aristoteles?

Konteks Sejarah

Pada masa Socrates, Athena adalah pusat kebudayaan dan keintelektualan di Yunani kuno. Pemikiran filsafat dan politik berkembang pesat, tetapi juga diwarnai oleh ketegangan antara tradisi agama dan pemikiran rasional. Socrates, dengan metode dialektisnya yang unik, menantang keyakinan dan norma-norma yang berlaku, yang membuatnya mendapat perhatian dan kontroversi dari penguasa dan pemimpin agama.

Warisan Socrates: Bagaimana Pemikirannya Menginspirasi Plato dan Aristoteles?

Tuduhan Mengkafirkan Dewa-dewa

Salah satu tuduhan terberat yang dihadapi Socrates adalah tuduhan mengkafirkan dewa-dewa tradisional Athena. Meskipun tidak ada bukti konkret bahwa Socrates benar-benar mengkafirkan dewa-dewa, sikap skeptisnya terhadap keyakinan religius tradisional dan metode dialektisnya yang mengajak orang untuk mempertanyakan keyakinan mereka sendiri, membuatnya dicurigai oleh otoritas agama. Pemikiran kritisnya tentang konsep-konsep seperti ketuhanan dan kehidupan setelah kematian menantang pandangan ortodoks pada saat itu.

Dari Socrates ke Aristoteles: Rantai Pemikiran yang Membentuk Peradaban Barat

Tuduhan Meracuni Pemuda-pemuda dengan Pemikiran Subversif

Selain tuduhan mengkafirkan dewa-dewa, Socrates juga dituduh meracuni pikiran pemuda-pemuda Athena dengan pemikiran subversif yang dianggap mengancam stabilitas politik dan sosial. Melalui dialog-dialog filosofisnya, Socrates sering kali menantang otoritas dan norma-norma yang berlaku, serta mengajak orang untuk berpikir secara kritis tentang struktur kekuasaan dan hukum yang ada. Hal ini membuatnya dianggap sebagai ancaman oleh penguasa Athena yang berkuasa.

Kontroversi dan Pengadilan

Pada tahun 399 SM, Socrates diadili atas tuduhan-tuduhan ini di hadapan dewan pengadilan yang disebut Heliast. Meskipun dia membela diri dengan berani dan tanpa penyesalan, dia dinyatakan bersalah dan dihukum mati dengan minum racun hemlock. Pengadilan terhadap Socrates tidak hanya menciptakan gelombang dalam sejarah filsafat, tetapi juga meninggalkan pertanyaan-pertanyaan tentang keadilan, kebebasan berbicara, dan hubungan antara negara dan agama.

Meskipun Socrates dihukum mati, warisannya tetap hidup dalam pemikiran filsafat Barat. Dia menjadi simbol keberanian dalam mencari kebenaran, serta penolakan terhadap otoritas yang tidak masuk akal. Kisah hidupnya mengingatkan kita akan pentingnya kritisisme yang sehat dan pemikiran bebas dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri kita sendiri.

Tuduhan-tuduhan terhadap Socrates, baik itu mengenai mengkafirkan dewa-dewa tradisional maupun meracuni pikiran pemuda-pemuda dengan pemikiran subversif, mencerminkan ketegangan antara tradisi agama dan pemikiran rasional pada masa Yunani kuno. Meskipun perjuangannya berakhir dengan kematian, warisan intelektual dan moral Socrates tetap hidup dalam pemikiran manusia sepanjang masa.