Manusia Berevolusi Tepat di depan Mata Kita di Dataran Tinggi Tibet

Anak-anak Tibet
Sumber :
  • Instagram/neal.macpherson

Malang, WISATA – Kita terus berevolusi dan menyesuaikan diri dengan dunia di sekitar kita, rekaman adaptasi kita tertulis di tubuh kita.

Noh Sang-Hyun Bergabung dengan Kim Hee-Ae dalam Pembicaraan untuk Remake Korea dari Serial Inggris 'Gold Digger'

Kita tahu bahwa ada beberapa lingkungan yang dapat membuat kita tidak sehat. Pendaki gunung sering kali terserang penyakit ketinggian--reaksi tubuh terhadap penurunan tekanan atmosfer yang signifikan, yang berarti lebih sedikit oksigen yang dihirup setiap kali bernapas.

Namun, di Dataran Tinggi Tibet, tempat kadar oksigen di udara yang dihirup manusia jauh lebih rendah daripada di dataran rendah, komunitas manusia tumbuh subur.

Choo Young-Woo dan Shin Si-Ah Dikonfirmasi Membintangi Drama Korea 'Even If This Love Disappears From The World Tonight'

Selama lebih dari 10.000 tahun wilayah itu dihuni, tubuh orang-orang yang tinggal di sana telah berubah sedemikian rupa sehingga memungkinkan penduduk memanfaatkan atmosfer sebaik-baiknya, yang bagi kebanyakan manusia akan mengakibatkan tidak cukupnya oksigen yang disalurkan melalui sel-sel darah ke jaringan tubuh, suatu kondisi yang dikenal sebagai hipoksia.

Adaptasi terhadap hipoksia dataran tinggi sangat menarik karena stresnya parah, dialami secara merata oleh semua orang pada ketinggian tertentu dan dapat diukur.

Heraclitus: "Setiap Perubahan Membawa Pelajaran Berharga, Asalkan Kita Mau Mendengarkan"

Ini adalah contoh yang bagus tentang bagaimana dan mengapa spesies kita memiliki begitu banyak variasi biologis.

Beall telah mempelajari respons manusia terhadap kondisi kehidupan hipoksia selama bertahun-tahun. Dalam penelitian yang diterbitkan pada bulan Oktober 2024, ia dan timnya mengungkap beberapa adaptasi khusus dalam komunitas Tibet: sifat-sifat yang membantu darah mengalirkan oksigen.

Halaman Selanjutnya
img_title