Untuk Indonesia Bebas HIV-AIDS di 2030, Peneliti Unair Temukan Karakteristik Pola Transmisi HIV

Kampus Universitas Airlangga (Unair), Surabaya
Sumber :
  • unair.ac.id

Surabaya, WISATA – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menargetkan Indonesia bebas HIV-AIDS pada 2030 mendatang. Akan tetapi, realitanya kasus infeksi HIV-AIDS di Indonesia masih terus bertambah di setiap tahunnya. Untuk itu berbagai pihak melakukan upaya pengendalian. Salah satunya adalah Peneliti Universitas Airlangga (UNAIR) . 

YOGYAKARTA: Semarak Dirgantara 2024 di Pantai Depok, Bantul, Berlangsung Seru dan Meriah

Dr Siti Qamariyah Khairunisa, SSi Msi, Peneliti Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR ini baru saja menelurkan hasil penelitian tentang karakteristik evolusi dan pola transmisi HIV strain CRF01_AE di Indonesia. CRF01_AE merupakan strain yang mendominasi di Indonesia. Hasil penelitian itu ia sampaikan pada octor promosi octor Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR.

Penelitian DR Siti Qamariyah berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi HIV-AIDS di Indonesia. Di Indonesia pengendalian HIV melalui akses terapi atau antiretroviral (ARV) di Indonesia masih terbilang minim, hanya mencapai 28 persen. Sementara, organisasi kesehatan dunia (WHO) menargetkan akses ARV sebesar 95 persen. 

LUMAJANG: Main Air Yuk...Tirtosari View, Tawarkan Spot Foto di Dalam Air

Selanjutnya  DR Siti Qamariyah memaparkan bahwa penelitiannya ini berfokus pada karakterisasi evolusi dan transmisi spasial-temporal HIV CRF01_AE sebagai strain yang paling banyak di Indonesia. Penelitian ini menerapkan pendekatan analisis melalui sekuens nearly full-genome dan geographic information system (GIS).  Pada analisis sekuens nearly full-genome, tahapan bermula dari pengambilan sampel darah dan analisis variasi genomik untuk mengetahui ada tidaknya mutasi. Melalui analisis ini pula, Ria menemukan pola dan jalur transmisi HIV strain CRF01_AE yang masuk ke Indonesia.

Menurutnya melalui analisis tersebut ditemukan bahwa transmisi HIV di Indonesia ini ada empat jalur yang melibatkan negara-negara di Asia, seperti Thailand, Vietnam, Laos, Cina. Sementara itu, pendekatan melalui GIS, dilakukan analisis transmisi HIV yang berfokus di Surabaya. Hasilnya, ditemukan bahwa kawasan dengan penyebaran HIV tertinggi yang sebagai titik hot spots yang menjadi episentrum penyebaran HIV di Surabaya.

Mengapa Anak-anak Merupakan Pembelajar yang Cepat?

Penelitian tersebut bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa menjadi referensi bagi para akademisi maupun masyarakat luas tentang pola transmisi HIV. Untuk itu, DR Siti Qamariyah dan pihaknya  telah mengemas informasi data-data strain HIV dalam sebuah dashboard bernama INDAGI. Harapannya bisa menjadi informasi bagi masyarakat luas tentang bagaimana pola penyebaran strain, evolusi mutasi HIV secara realtime sehingga upaya pencegahan bisa lebih cepat.

Selain itu juga disusun policy brief sebagai luaran penelitian. Diharapkan policy brief tentang peran pemeriksaan resistensi antiretroviral untuk pengendalian HIV bisa dikirimkan ke Kemenkes tahun ini sebagai sumbangsih UNAIR.

Halaman Selanjutnya
img_title