Mencermati Resiko Geoengineering-Teknologi Mengurangi Suhu Panas Bumi dan Memodifikasi Iklim

geoengineering
Sumber :
  • IG/slovakia_geo.engineering

WISATA – Geoengineering adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai teknik yang bertujuan untuk memodifikasi iklim Bumi dengan cara mengurangi suhu panas Bumi atau mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Teknik-teknik ini dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu manajemen radiasi matahari (SRM) dan penyerapan karbon (CDR). SRM bertujuan untuk memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke luar angkasa, sedangkan CDR bertujuan untuk menyerap karbon dioksida dari udara dan menyimpannya di tempat lain.

Chrysippus: Rasionalitas sebagai Cahaya di Tengah Kegelapan Nafsu

Geoengineering dianggap sebagai salah satu upaya untuk memitigasi dampak perubahan iklim yang semakin parah, tetapi juga memiliki risiko lingkungan, sosial, dan geopolitik yang belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu, geoengineering memerlukan penelitian, pengembangan, dan pengawasan yang ketat sebelum dapat diterapkan dalam skala global. Dikutip dari berbagai sumber, teknik ini juga memiliki berbagai risiko dan tantangan yang harus dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa risiko geoengineering yang diidentifikasi oleh para ahli:

- Geoengineering dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan atau tidak terduga pada iklim dan ekosistem global atau regional. Misalnya, aerosol stratosfer dapat mengurangi curah hujan, mempengaruhi siklus air, dan merusak lapisan ozon. Reflektor ruang angkasa dapat mengganggu astronomi, navigasi, dan komunikasi satelit. Peningkatan albedo dapat mengubah pola angin, sirkulasi laut, dan biodiversitas. Penyerapan karbon dapat menyebabkan penurunan pH laut, pelepasan metana, dan perubahan produktivitas tanaman.

Dari Filsafat ke Teknologi: Warisan Chrysippus dalam Logika dan Pengambilan Keputusan

- Geoengineering dapat menimbulkan masalah etika dan keadilan, karena dapat memberikan manfaat atau kerugian yang tidak merata bagi berbagai negara atau kelompok masyarakat. Misalnya, SRM dapat menguntungkan negara-negara beriklim sedang yang ingin mendinginkan suhu mereka, tetapi merugikan negara-negara tropis yang bergantung pada curah hujan. CDR dapat menguntungkan negara-negara kaya yang memiliki sumber daya dan teknologi untuk menangkap dan menyimpan karbon, tetapi merugikan negara-negara miskin yang harus berbagi ruang atmosfer yang terbatas. Geoengineering juga dapat menimbulkan konflik politik dan hukum antara negara-negara yang setuju atau tidak setuju dengan penggunaan teknik ini.

- Geoengineering dapat menjadi alasan untuk kelambanan iklim, yaitu sikap tidak mau atau lambat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Geoengineering dapat memberikan ilusi palsu bahwa ada jalan pintas atau perbaikan teknis untuk mengatasi masalah iklim tanpa harus mengubah pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan. Geoengineering juga dapat memberikan harapan kosong bahwa teknik ini akan berhasil dalam skala global dan jangka panjang tanpa menimbulkan risiko atau biaya yang tinggi.

Mengapa Ajaran Chrysippus tentang Logos Masih Diperlukan di Era Kecerdasan Buatan?

Oleh karena itu, geoengineering bukanlah solusi ajaib untuk perubahan iklim, tetapi lebih merupakan pilihan terakhir yang juga mempunyai resiko dan tidak pasti. Para ahli menyarankan agar geoengineering hanya dipertimbangkan sebagai pelengkap, bukan pengganti, dari upaya mitigasi dan adaptasi yang lebih konvensional dan efektif. Selain itu, geoengineering memerlukan penelitian lebih lanjut, pengawasan ketat, partisipasi publik, kerjasama internasional, dan tata kelola yang adil.