UNAIR: Alumnus Psikologi UNAIR Lulus tanpa Skripsi, Patut Dicontoh Nih

Kampus Universitas Airlangga (Unair), Surabaya
Sumber :
  • unair.ac.id

Surabaya, WISATA Alumnus Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Wahyu Cahyono Putro berhasil lulus tanpa skripsi.

Keberhasilan pria asal Probolinggo, Jawa Timur itu merupakan buah dari keikutsertaan dan keberhasilannya meraih pendanaan di Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) besutan Kemenristekdikti RI.

Awalnya, Wahyu bercerita bahwa keantusiasannya dalam PKM, karena saat itu pembukaannya sedang gencar-gencarnya pada tahun 2021.

Ia juga mengaku, beberapa seniornya yang juga lulus kuliah tanpa skripsi, membuatnya berkeinginan untuk mengikuti jejak mereka.

UNAIR: Inovasi Konservasi Penyu Sari Box Kolaborasi dengan Banyuwangi Sea Turtle Foundation

Alumnus Psikologi Unair, Wahyu Cahyono Putro Lulus Tanpa Skripsi

Photo :
  • unair.ac.id
“Di PKM, waktu itu lagi gencar-gencarnya pembukaan, jadi aku semangat aja buat join terus ikut kegiatannya,” ungkap Wahyu (7/9/2023).

Ia tidak menyangka, bahwa keputusan itu akan banyak merubah jalannya di perguruan tinggi.

Ia berhasil lolos pendanaan PKM dan seketika itu juga, keinginannya mendapatkan ‘tiket emas’ untuk lulus tanpa skripsi bisa terkabulkan.

Akhirnya, ia berhasil lulus dan menjadi wisudawan tepat pada tahun 2023.

Tulis Artikel Pengganti Skripsi

Meskipun ia berhasil lulus tanpa skripsi, bukan berarti ia bisa menjadi alumnus tanpa menghasilkan satu karya apa pun.

Sebagai ganti skripsi itu, ia menyusun satu artikel ilmiah yang menjadi syarat pengganti skripsi itu.

“Lebih tepatnya, skripsiku itu berdasarkan hasil penelitian dan karya ilmiah berbasis kompetisi PKM-KC (Karsa Cipta - red.) tahun 2021 yang pernah aku ikutin bareng timku. Jadi dengan karya ilmiah dengan tema yang aku usung di PKM, aku jadiin skripsi,” jelasnya.

Artikel ilmiah tersebut, ia susun dengan judul EMOSIA: Media Edukasi Emosi untuk Anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder).

Ia dan tim bekerja sama dengan salah satu vendor, menghasilkan satu aplikasi yang ia jadikan payung agar bisa menyusun artikel ilmiahnya dari karya itu.

Sebagai informasi tambahan, EMOSIA merupakan satu aplikasi yang mereka ciptakan untuk anak dengan ASD.

Mereka dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk mengenali dan mengembangkan emosi yang ada pada dirinya.

Perbandingan Skripsi dengan Penggantinya

Bagi Wahyu, antara lulus dengan skripsi atau tugas pengganti berupa artikel, keduanya sama-sama tidak mudah. Ketika memutuskan untuk berpartisipasi dalam ajang PKM, perlu waktu yang panjang dan proses yang tidak mudah untuk melaluinya.

“Kalau gak salah, itu (perjalanan PKM - red.) berlangsung selama kurang lebih sebelas bulan dari awal banget sampai hari H penentuan kelulusan PIMNAS-nya. Kita harus pinter manajemen waktu, karena tentunya kita masih mengikuti kuliah dengan bobot dan kesibukannya masing-masing,” ujarnya.

Wahyu sebagai ketua tim, waktu itu harus banyak mengatur waktu selama prosesi berlangsungnya kompetisi.

Menurutnya, proses itu bertambah sulit karena pada masa itu, tengah mewabah Covid-19 dan setiap pekerjaan, harus berbasis di rumah masing-masing.

Atas keberhasilannya, ia mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang berjasa di dalamnya.

Ia juga secara khusus menyebut dosen pembimbing dan rekan setimnya Arya, Yoga, Nidya, dan Ice yang sudah menemaninya sebagai sejawat pejuang PKM.

(Sumber: unair.ac.id)