Ritual Pedesaan dan Pemakaman Astral Membentuk Agama Mesir Kuno dan Mitos Isis dan Osiris
- archaeologymag.com/ A. Alcouffe et al
Malang, WISATA – Di Lembah Nil di selatan Mesir, sebuah penelitian baru tentang pemakaman Adaïma kuno membentuk kembali kisah tentang asal-usul agama dan ideologi negara Mesir. Bertentangan dengan anggapan lama bahwa tatanan suci Mesir dipaksakan dari atas oleh raja dan pendeta, para arkeolog kini percaya bahwa banyak ciri utama agama kerajaan muncul dari tradisi pemakaman masyarakat biasa di masyarakat pedesaan.
Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Metode dan Teori Arkeologi ini didasarkan pada penggalian dan analisis lebih dari 500 makam di Adaïma, sebuah situs seluas 30 hektar yang digunakan antara tahun 3300 dan 2700 SM berabad-abad sebelum piramida dibangun. Dipimpin oleh Ameline Alcouffe dari Universitas Toulouse, tim peneliti meneliti bagaimana praktik pemakaman lokal—terutama yang melibatkan penyelarasan langit dan ritual berangsur-angsur berkembang menjadi ciri-ciri inti ideologi firaun.
Salah satu pemakaman yang sangat tidak biasa, Makam S166, berisi jenazah seorang gadis remaja yang lengan kirinya telah dipotong secara ritual dan diletakkan di dadanya. Jenazahnya diarahkan ke arah matahari terbenam pada titik balik matahari musim dingin dan sarkofagusnya sejajar dengan terbitnya Sirius secara heliakal, bintang paling terang di langit, yang menandai banjir Sungai Nil. Menurut para peneliti, ritual ini bukan sekadar simbolis, Itu adalah persimpangan awal siklus pertanian, pengamatan langit dan kepercayaan tentang kematian.
Dua makam lain juga mencolok. Makam S837, tempat seorang perempuan dimakamkan dengan beberapa perhiasan indah dan sebuah bejana keramik pecah, memiliki tema-tema yang kemudian tercermin dalam Teks Piramida. Makam S874 berisi seorang perempuan yang dimakamkan dengan tongkat dan wig serat dan sejajar dengan titik balik matahari musim panas, sebuah pergeseran fokus langit.
Dengan menggunakan kecerdasan buatan dan analisis jaringan, para peneliti menentukan bahwa makam-makam 'inovatif' ini kurang terhubung dengan praktik pemakaman tradisional dan mungkin merupakan titik balik budaya. Gugusan pemakaman berikutnya di sekitar makam-makam tersebut menunjukkan bahwa makam-makam tersebut pastilah dihormati seiring waktu, sebagai semacam tempat suci.
Penelitian ini berargumen bahwa ritual seperti pemotongan tubuh secara simbolis, yang awalnya dilakukan di pemakaman pedesaan, kemudian dimitologikan dalam kisah-kisah seperti Isis dan Osiris. Kebangkitan Sirius yang sebelumnya merupakan isyarat bagi para petani, menjadi pertanda ilahi yang terkait dengan kesuburan, kelahiran kembali dan legitimasi kerajaan. Ketika negara muncul, ia tidak menciptakan agama dari nol. Sebaliknya, ia menyerap praktik-praktik lama ini dan mengolahnya kembali menjadi narasi kerajaan, mengubah ingatan dan duka cita rakyat menjadi instrumen kekuasaan terpusat.
Pemakaman Adaïma mengajarkan kita pelajaran mendalam ini: sebelum firaun berkuasa di Mesir, rakyat telah membangun fondasi keagamaan. Pemakaman mereka sehari-hari, yang waktunya ditentukan oleh bintang dan musim, menjadi benih-benih agama negara.