Pulau Paskah Tidak Terisolasi: Studi Baru Mengungkap Peran Rapa Nui dalam Budaya Polinesia
- archaeologymag.com
Monumentalisme Hirarkis (sekitar tahun 1350–1800 M): Selama fase terakhir ini, stratifikasi sosial di pulau-pulau seperti Rapa Nui, Tahiti dan Hawaiʻi memicu perkembangan struktur batu raksasa yang digunakan untuk melambangkan kekuasaan dan otoritas. Patung moai Rapa Nui menjadi ciri khas periode ini.
Penulis lebih lanjut mencatat bahwa ahu ditemukan di pulau-pulau Polinesia lainnya dengan istilah marae yang lebih luas, yang merupakan bukti lebih lanjut dari fondasi ritual bersama yang muncul secara dinamis dan dalam mode multiarah.
Studi ini sangat bertolak belakang dengan anggapan umum bahwa Rapa Nui berkembang secara terisolasi setelah satu gelombang pemukiman. Sebaliknya, terdapat tanda-tanda adanya beberapa pemukiman dan pertukaran budaya yang berkelanjutan melalui jaringan pelayaran. Para peneliti mencatat bahwa orang Polinesia adalah pelaut yang terampil.
Jaringan interaksi yang luas ini tidak hanya memungkinkan migrasi manusia, tetapi juga transmisi gagasan, tradisi, dan gaya arsitektur monumental melintasi ribuan mil lautan. Kemunculan kompleks candi suci di Pulau Paskah, yang dulu dianggap unik dan terisolasi, kini tampak sebagai pengaruh kuat yang menyebar kembali ke Polinesia Timur.
Pulau Paskah kini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, yang terkenal dengan patung-patung moainya. Namun berkat penelitian ini, kini Pulau Paskah dapat dipuji sebagai inovator budaya.