Seneca: Kesetiaan yang Dibeli dengan Uang, Akan Hancur karena Uang Juga

Seneca
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATA - “Fidelity purchased with money, money can destroy.”
Kalimat ini berasal dari Seneca, filsuf Stoik ternama dari Romawi Kuno, yang mencerminkan pandangan tajamnya terhadap hubungan antarmanusia. Kesetiaan, kata Seneca, bukanlah sesuatu yang bisa diperjualbelikan. Bila kesetiaan dibeli dengan uang, maka bukan hanya tidak tulus, tetapi juga sangat mudah hancur—karena dasar dari kesetiaan itu bukan cinta, hormat, atau kepercayaan, melainkan imbalan materi.

Socrates: “Bukan Hidup yang Penting, Tetapi Hidup yang Baik” — Makna Mendalam di Balik Hidup Manusia

Dalam dunia modern yang sering kali mengukur nilai dengan uang, pesan ini menjadi pengingat bahwa kualitas hubungan yang dibangun atas dasar materi semata sangat rentan dan penuh kepalsuan.

Kesetiaan: Antara Ketulusan dan Transaksi

Kamu Sering Merasa Kurang dalam Hidup? Ini Teknik Psikologis Gila yang Dipakai Filsuf Modern untuk Bahagia!

Kesetiaan adalah komitmen emosional dan moral seseorang kepada orang lain—baik dalam hubungan pribadi, keluarga, persahabatan, maupun dalam dunia profesional. Namun ketika kesetiaan menjadi objek transaksi, ketika ia dibayar atau “dibeli” demi imbalan, maka nilai dasarnya telah dikorupsi.

Dalam kasus seperti itu, seseorang bisa berpura-pura setia selama imbalannya mengalir. Tapi begitu imbalan berhenti, atau datang tawaran lebih besar dari pihak lain, “kesetiaan” itu pun runtuh. Seneca melihat ini sebagai bentuk kesetiaan semu—kesetiaan yang hanya bertahan selama uang tetap mengalir.

Apa Arti Bahagia Menurut Filsuf Modern Jules Evans?

Fenomena Kesetiaan Semu di Zaman Sekarang

Seneca hidup ribuan tahun yang lalu, tetapi kutipannya seakan menggambarkan dunia kita hari ini. Kita menyaksikan fenomena kesetiaan yang semu dalam berbagai aspek:

1. Hubungan Romantis yang Digerakkan oleh Uang

Banyak pasangan yang menjalin hubungan bukan karena cinta atau komitmen, melainkan karena status sosial atau materi. Ketika kekayaan hilang, cinta pun ikut menguap.

2. Politik dan Loyalitas Instan

Banyak politisi atau pendukung elite yang berpihak bukan karena visi atau nilai perjuangan, melainkan karena insentif ekonomi. Begitu tidak lagi menguntungkan, mereka mudah berpindah kubu.

3. Dunia Kerja yang Transaksional

Loyalitas karyawan terhadap perusahaan seringkali tidak lagi dibangun atas nilai, visi bersama, atau rasa bangga, melainkan semata-mata pada gaji. Perusahaan pun berlaku sebaliknya—mereka setia pada karyawan hanya selama dianggap menguntungkan.

4. Dunia Influencer dan Sponsor

Beberapa figur publik atau influencer kerap berpindah merek atau pesan kampanye tergantung pada bayaran tertinggi, bukan pada konsistensi nilai.

Semua ini menjadi ilustrasi nyata bahwa kesetiaan yang dibeli dengan uang tidak akan pernah langgeng. Ia akan runtuh ketika tergoda oleh tawaran yang lebih besar.

Kesetiaan Sejati Tak Bisa Dibeli

Seneca mengajarkan bahwa kesetiaan sejati adalah hasil dari integritas pribadi, hubungan emosional yang tulus, dan pengakuan atas nilai-nilai bersama. Ia lahir dari rasa hormat dan tanggung jawab, bukan dari rasa butuh atau keterpaksaan karena imbalan.

Orang yang benar-benar setia akan tetap mendampingi dalam keadaan sulit, bukan hanya dalam kenyamanan. Ia tidak terombang-ambing oleh janji kekayaan, karena kesetiaannya tidak bergantung pada imbalan.

Uang: Alat atau Tuan?

Dalam kutipan ini, Seneca juga ingin menyampaikan pesan yang lebih luas tentang relasi manusia dengan uang. Uang seharusnya menjadi alat bantu untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung tujuan mulia. Tapi ketika uang menjadi motivasi utama dalam membangun hubungan, maka relasi itu kehilangan fondasi kemanusiaannya.

Uang memang bisa membeli kepatuhan, bisa membayar jasa, bahkan bisa memikat perhatian. Tapi ia tidak bisa membeli kesetiaan, cinta, kejujuran, atau rasa hormat yang murni. Semua itu hanya bisa tumbuh dari ketulusan hati dan niat baik.

Pelajaran dari Filsafat Stoik

Sebagai seorang Stoik, Seneca menekankan bahwa kebahagiaan dan ketenangan batin datang dari dalam diri, bukan dari hal-hal eksternal seperti kekayaan, ketenaran, atau kekuasaan. Kesetiaan yang tulus adalah bagian dari kebajikan, dan kebajikan adalah satu-satunya hal yang benar-benar bernilai dan abadi menurut filsafat Stoik.

Jika kita membangun hubungan atau komunitas hanya atas dasar uang, kita sedang membangun sesuatu yang rapuh. Tapi jika hubungan itu dibangun di atas nilai-nilai seperti saling percaya, saling menghormati, dan kejujuran, maka ia akan bertahan melampaui segala ujian.

Refleksi dan Relevansi

Di tengah dunia yang semakin materialistis, kutipan Seneca ini menjadi pengingat yang penting bagi siapa pun:

  • Bahwa hubungan manusia harus dibangun di atas dasar nilai, bukan nilai tukar.
  • Bahwa kesetiaan adalah kualitas yang langka dan berharga, dan tidak bisa diciptakan dari lembaran uang.
  • Bahwa uang bisa membuat seseorang patuh, tapi hanya kepercayaan dan cinta yang bisa membuat seseorang setia.

Kita semua, sebagai individu, pekerja, pemimpin, pasangan, atau teman, perlu merenungkan kembali: hubungan macam apa yang sedang kita bangun? Apakah kesetiaan yang kita berikan dan terima tulus, atau hanya bertahan selama transaksi berjalan?

Jangan Jadikan Uang sebagai Fondasi Setia

“Fidelity purchased with money, money can destroy.”
Seneca memberi kita peringatan bahwa kesetiaan sejati tidak bisa dibeli, dan jika dibeli, maka ia mudah musnah. Dunia boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tapi nilai-nilai seperti ketulusan, kepercayaan, dan kesetiaan tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Kita mungkin tidak bisa mengontrol berapa banyak uang yang kita punya, tapi kita selalu bisa memilih untuk setia dengan hati yang jujur—dan membangun hubungan yang benar-benar bermakna.