Rahasia Hidup Tenang dari Marcus Aurelius: Simpel Tapi Ampuh!

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Filsuf Stoik sekaligus Kaisar Romawi ini punya cara sederhana namun mendalam untuk mencapai ketenangan batin di tengah dunia yang kacau.

Pendapatan Pasif Bukan Mimpi: Naval Ravikant dan Filosofi Kerja Cerdas

Jakarta, WISATA – Di tengah hiruk-pikuk media sosial, tekanan pekerjaan, krisis global, dan tuntutan untuk selalu "berhasil", banyak orang mulai kehilangan pegangan dalam hidup. Kecemasan dan kegelisahan menjadi teman sehari-hari. Namun menariknya, jawaban atas krisis ketenangan ini justru datang dari seorang pria yang hidup lebih dari 1.800 tahun lalu: Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi yang juga dikenal sebagai salah satu filsuf Stoik terbesar sepanjang masa.

Melalui karya terkenalnya Meditations, Marcus Aurelius menawarkan rahasia hidup tenang yang tidak membutuhkan pelarian, tidak butuh motivator mahal, dan tidak tergantung pada kondisi luar. Rahasianya? Kesadaran diri, kesederhanaan, dan kendali terhadap pikiran sendiri. Simpel, tapi terbukti ampuh.

 
Pierre Hadot dan Warisan Filsafat Transformasional: Belajar Menjadi Manusia Seutuhnya

Siapa Marcus Aurelius?

Marcus Aurelius (121–180 M) adalah Kaisar Romawi yang dikenal karena kepemimpinannya yang adil dan bijaksana. Namun yang membuatnya abadi bukan hanya kekaisarannya, tetapi catatan pribadinya—yang kemudian dikenal dengan judul Meditations. Dalam buku tersebut, ia menulis refleksi harian tentang hidup, tanggung jawab, penderitaan, dan ketenangan batin.

"Filsafat Tidak Dilahirkan dari Rasa Ingin Tahu, tetapi dari Rasa Cemas": Pesan Mendalam Pierre Hadot

Yang menarik, Meditations bukan buku yang ditulis untuk orang lain. Itu adalah percakapan jujur Marcus dengan dirinya sendiri. Justru dari kejujuran itulah, kita bisa belajar cara hidup yang tenang dan bermakna.

 

Hidup Tenang = Kendalikan Pikiran, Bukan Dunia

“You have power over your mind — not outside events. Realize this, and you will find strength.”
(Kamu punya kuasa atas pikiranmu—bukan atas kejadian di luar dirimu. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.)

Inilah fondasi dari hidup tenang menurut Marcus Aurelius. Kita sering kali gelisah karena berusaha mengendalikan hal-hal di luar kendali kita—cuaca, orang lain, komentar di media sosial, bahkan masa depan.

Marcus mengajarkan bahwa kunci ketenangan ada pada pengendalian cara berpikir dan merespons, bukan situasi eksternal. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, ini adalah kekuatan terbesar yang bisa dimiliki manusia.

 

Prinsip Stoik: Jangan Bereaksi Berlebihan

“Choose not to be harmed — and you won’t feel harmed. Don’t feel harmed — and you haven’t been.”
(Pilihlah untuk tidak merasa disakiti—dan kamu tidak akan merasakannya. Jangan merasa disakiti—dan kamu tidak disakiti.)

Dalam prinsip Stoik, perasaan terluka atau stres bukan berasal dari peristiwa itu sendiri, tapi dari interpretasi kita terhadapnya. Ketika seseorang menghina Anda, Anda bisa memilih untuk tidak merespons secara emosional.

Marcus Aurelius menyarankan agar kita menahan diri, tidak mudah bereaksi, dan selalu bertanya pada diri sendiri: “Apakah ini benar-benar penting?”

 

Latihan Harian Marcus: Jurnal dan Refleksi

Setiap malam, Marcus menulis jurnal. Ia mengingatkan dirinya tentang kefanaan hidup, pentingnya bertindak adil, dan mengoreksi kesalahan hari itu. Ini bukan sekadar catatan, tapi latihan mental untuk menjaga kejernihan batin.

Kita bisa meniru kebiasaannya ini. Menulis jurnal 5 menit tiap malam—tentang apa yang bisa kita syukuri, apa yang membuat kita marah, dan bagaimana kita bisa bersikap lebih bijak—bisa menjadi cara sederhana menjaga ketenangan mental.

 

Tidak Semua Harus Disukai

“It never ceases to amaze me: we all love ourselves more than other people, but care more about their opinion than our own.”
(Aku selalu heran: kita lebih mencintai diri sendiri dibanding orang lain, tapi lebih peduli dengan opini mereka daripada pikiran kita sendiri.)

Di era digital, banyak orang merasa tidak cukup baik karena membandingkan hidupnya dengan orang lain di media sosial. Marcus Aurelius mengingatkan bahwa hidup untuk validasi orang lain adalah sumber penderitaan.

Ia menyarankan untuk fokus pada nilai-nilai diri sendiri: kebaikan, kejujuran, kerja keras, dan ketulusan. Tenang itu bukan berarti diam, tapi tahu mana yang layak diperjuangkan.

 

Hidup Itu Sementara, Jadi Jangan Buang Waktu

“You could leave life right now. Let that determine what you do, say, and think.”
(Kamu bisa meninggalkan hidup ini kapan saja. Biarkan kesadaran itu menentukan apa yang kamu lakukan, ucapkan, dan pikirkan.)

Salah satu prinsip Stoik yang disebut memento mori—ingatlah kematian—menjadi pengingat bahwa waktu kita terbatas. Maka, hidup harus dijalani dengan kesadaran, bukan hanya ikut arus atau menunggu segalanya sempurna.

Hidup tenang bukan berarti tidak bertindak. Justru sebaliknya: hidup dengan penuh kesadaran membuat kita lebih fokus, lebih efektif, dan lebih bahagia.

 

5 Kunci Hidup Tenang ala Marcus Aurelius

Berikut adalah ringkasan prinsip hidup tenang ala Marcus Aurelius yang bisa langsung Anda praktikkan:

1.     Kendalikan pikiran, bukan peristiwa di luar dirimu.

2.     Jangan bereaksi berlebihan terhadap hal yang tidak penting.

3.     Tulis jurnal harian untuk refleksi dan kejernihan batin.

4.     Abaikan opini orang yang tidak membangun.

5.     Ingat bahwa hidup itu singkat—gunakan waktumu dengan bijak.

 

Penutup: Ketenangan Bukan dari Luar, Tapi dari Dalam

Marcus Aurelius tidak pernah mencari ketenangan dari harta, popularitas, atau pujian. Ia menemukannya di dalam dirinya sendiri—dalam cara ia berpikir, merespons dunia, dan menjalani hidup dengan kesadaran penuh.

Di tengah dunia yang sibuk dan penuh tekanan seperti sekarang, kita bisa belajar dari kebijaksanaannya. Hidup tenang itu bukan mitos, tapi bisa dicapai—dengan prinsip-prinsip sederhana namun ampuh dari seorang Kaisar yang lebih memilih menjadi manusia bijak daripada hanya penguasa dunia.