Chrysippus: Setiap Kesulitan adalah Ujian untuk Ketangguhan Pikiran; Hadapi dengan Kepala Dingin serta Hati yang Tabah
- Cuplikan Layar
Dengan pendekatan itu, seseorang tidak hanya melewati kesulitan, tetapi tumbuh karenanya.
Hati yang Tabah: Emosi yang Terkelola, Bukan Dipendam
Stoikisme bukan ajaran untuk mematikan perasaan, melainkan mengarahkan perasaan. “Hati yang tabah” bukan berarti kaku, tetapi berani menghadapi realitas tanpa terguncang secara berlebihan. Chrysippus mengembangkan teori emosi yang menyatakan bahwa kemarahan, kesedihan, dan ketakutan muncul karena penilaian yang keliru. Maka, pengobatannya adalah mengoreksi pikiran—mengubah cara pandang terhadap peristiwa.
Dengan hati yang tabah, seseorang tetap manusiawi—merasakan kesedihan atau kehilangan—namun tidak terhanyut dalam keputusasaan.
Mengapa Ajaran Ini Relevan di Era Modern?
1. Kesehatan Mental: Di era digital yang penuh tekanan, Stoikisme membantu seseorang mengelola stres dengan memusatkan energi pada hal-hal yang bisa dikendalikan.
2. Krisis Global: Pandemi, konflik, perubahan iklim, dan ketidakpastian ekonomi adalah “ujian Stoik” yang nyata. Prinsip kepala dingin dan hati tabah membantu bertahan secara psikologis dan moral.