INFO KESEHATAN: Waspadai Kanker Ovarium yang Mematikan dan Silent Killer

Brawijaya Hospital Saharjo Gelar Diskusi tentang Kanker Ovarium
Sumber :
  • Christiyanto

Jakarta, WISATABrawijaya Hospital Saharjo menggelar diskusi publik tentang penyebab kanker ovarium dan pengobatannya pada Sabtu (26/08/2023).

Diskusi menghadirkan narasumber Obstetrician & Gynecology Specialist, Gynecological Oncology Consultant, Dr. dr. Chamim, SpOG, Sub.Sp.Onkn dengan moderator Prof. dr. Nugroho Kampono, SpOG, SubSp.Onk.

Tema ini penting, karena hingga kini, kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan dengan angka ketahanan hidup 5 tahun hanya sekitar 43%.

BEASISWA SANTRI: Segera Dibuka, Program Beasiswa 1.000 Santri, Ini Syarat dan Ketentuannya

Pakar Onkologi Ginekologi, Prof. dr. Nugroho Kampono, SpOG, SubSp.Onk

Photo :
  • Christiyanto

Dalam pengantarnya, Prof. Nugroho menyatakan organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat penyakit kanker menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk kanker indung telur atau kanker ovarium. Begitu tingginya jumlah kematian hingga mencapai 10 juta kasus setiap tahun.

"Satu dari 75 wanita di dunia menderita kanker ovarium," jelas Prof. Nugroho.

Di Indonesia, kasus kanker ovarium menduduki urutan ke tiga setelah kanker rahim dan kanker serviks. Para penderita kanker ovarium biasanya terlambat berobat ke dokter. Mereka mulai berobat ketika sudah berada pada stadium 3 atau stadium lanjut yang tak mudah untuk disembuhkan.

Menurut Prof. Nugroho, tingginya jumlah penderita kanker karena penyakit ini bisa disebabkan oleh dua faktor.

"Faktor somatik itu dari luar, merusak badan dan itu dari virus atau bakteri dan menyebabkan badan kita rusak. Penyebab lainnya kalau seseorang dalam keluarga itu ada faktor genetik yang rusak, jadi yang rusak itu akan dibawa terus turun-temurun melalui embrio, tumbuh terus yang kemudian menjadi kanker di setiap waktu timbulnya, tergantung jenis kankernya apa, terutama pada usia 50 tahun ke atas," jelas Prof. Nugroho.

Prakiraan Cuaca Daerah Istimewa Yogyakarta, Tanggal 3 Juli 2024

Obstetrician-Gynecology Specialist, Dr. dr. Chamim, SpOG, Sub.Sp.Onkn

Photo :
  • Christiyanto

Sementara itu, dalam paparannya, Dr. dr. Chamim menyatakan penderita kanker harus mewaspadai kembali kambuhnya penyakit tersebut setelah dua tahun dinyatakan sembuh.

"Kambuh itu terjadi karena penyakit tersebut resisten, tidak mempan dengan obat yang diberikan, sehingga sel-sel yang abnormal atau sel yang sudah dinyatakan mati itu, ternyata ada yang setengah mati dan muncul lagi, tumbuh lagi. Memang tidak bisa disembuhkan 100%,"jelas Dr. dr. Chamim.

Karena itu, yang paling penting dilakukan adalah deteksi dini.

Prakiraan Cuaca Serang Banten, Tanggal 3 Juli 2024

Obstetrician-Gynecology Specialist, Dr. dr. Chamim, SpOG, Sub.Sp.Onkn

Photo :
  • Christiyanto

"Yang paling murah, paling gampang, yaitu mengenali diri kita sendiri, apakah ada faktor risiko. Yang kedua, melakukan pemeriksaan yang simple dengan meraba, atau USG. Dan yang ketiga, pemeriksaan laboratorium," tambah Dr. dr. Chamim. Faktor genetik atau keturunan menyumbang 20 hingga 40 persen terhadap munculnya penyakit kanker.

Dengan deteksi dini yang dilakukan, penderita kanker memiliki kesempatan lebih besar untuk sembuh, tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal serta bisa melalui perjalan hidup yang normal.

Dr. dr. Chamim menambahkan kanker ovariaum termasuk silent killer.

"Yang terjadi, banyak pasien yang mulai berobat ketika sudah berada pada stadium 3 ataua stadium lanjut," ujar Dr. dr. Chamim.

Halaman Selanjutnya
img_title