Mark Tuitert: Berpikirlah seperti Prajurit, Bertindaklah dengan Kasih
- Cuplikan layar
Dari Arena Olimpiade hingga Panggung Kehidupan
Mark Tuitert bukan sekadar motivator yang pandai merangkai kata. Ia adalah mantan atlet profesional yang mengalami naik-turun kehidupan di panggung dunia. Setelah memenangkan medali emas di Olimpiade Musim Dingin 2010, ia justru menghadapi krisis eksistensial.
“Saya punya emas, tapi hati saya kosong,” kenangnya. Dari titik itu ia mulai mengeksplorasi filosofi hidup yang membawanya menemukan makna baru melalui Stoikisme dan nilai kasih sayang yang diajarkan orang tuanya.
Hari ini, ia menjadi pembicara internasional yang menginspirasi tidak hanya para atlet dan pebisnis, tetapi juga para orang tua, pendidik, dan generasi muda yang mencari arah hidup di tengah kebisingan dunia.
Relevansi di Tengah Dunia Modern
Di era digital yang penuh tekanan sosial dan tuntutan kesempurnaan, pesan Tuitert sangat relevan. Ia mengajak kita untuk berhenti mengejar validasi luar dan mulai membangun pondasi diri melalui disiplin batin dan kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang lain.
“Keberanian terbesar bukan menaklukkan orang lain, tapi menaklukkan egomu sendiri dan memilih bertindak dengan cinta,” ujarnya dalam salah satu kutipan yang viral di media sosial.