7 Pelajaran Penting dari Buku How to Be a Stoic Karya Massimo Pigliucci

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATA — Di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan dan distraksi, banyak individu mencari panduan untuk menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan tenang. Buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci menawarkan pendekatan praktis melalui filsafat Stoikisme, yang telah teruji oleh waktu, untuk membantu individu menghadapi tantangan kehidupan kontemporer dengan bijaksana.

Zeno dari Citium: “Orang Bijak Tidak Menyesali Masa Lalu, Tidak Takut pada Masa Depan”

1. Memahami Dikotomi Kendali

Salah satu ajaran utama Stoikisme adalah konsep dikotomi kendali, yang membedakan antara hal-hal yang berada dalam kendali kita dan yang tidak. Pigliucci menekankan pentingnya fokus pada aspek yang dapat kita kendalikan, seperti pikiran, tindakan, dan reaksi kita, serta menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat mengurangi kecemasan dan stres yang disebabkan oleh hal-hal di luar kendali kita. 

Zeno dari Citium: “Apa yang Menimpa Kita Bukanlah Masalah, Cara Kita Menghadapinya yang Menentukan”

2. Menjalani Hidup Sesuai dengan Alam

Stoikisme mengajarkan bahwa hidup yang baik adalah hidup yang selaras dengan alam, yaitu dengan menggunakan akal dan kebajikan untuk menjalani kehidupan. Pigliucci menekankan pentingnya hidup sesuai dengan sifat rasional dan sosial manusia, serta berkontribusi positif terhadap masyarakat. 

Zeno dari Citium: “Kebebasan Sejati Datang dari Dalam, Bukan dari Luar”

3. Menerapkan Kebajikan Sebagai Tujuan Utama

Dalam Stoikisme, kebajikan dianggap sebagai satu-satunya kebaikan sejati. Pigliucci menyoroti empat kebajikan utama: kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Dengan mengembangkan kebajikan ini, individu dapat mencapai kehidupan yang bermakna dan memuaskan.

4. Praktik Visualisasi Negatif

Pigliucci menganjurkan praktik visualisasi negatif, yaitu membayangkan skenario terburuk untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan buruk dan menghargai apa yang kita miliki saat ini. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan ketahanan dan rasa syukur. 

5. Memento Mori: Mengingat Kematian

Stoikisme mengajarkan pentingnya mengingat kematian sebagai bagian alami dari kehidupan. Pigliucci menekankan bahwa dengan menyadari kematian, kita dapat lebih menghargai waktu yang kita miliki dan membuat keputusan yang lebih bermakna. 

6. Amor Fati: Mencintai Takdir

Amor Fati, atau mencintai takdir, adalah konsep Stoik yang mendorong individu untuk menerima dan mencintai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik atau buruk, sebagai bagian dari takdir kita. Pigliucci menekankan bahwa dengan sikap ini, kita dapat menemukan kedamaian dalam menghadapi tantangan.

7. Praktik Harian Stoik

Pigliucci menyarankan berbagai praktik harian untuk menerapkan prinsip Stoikisme dalam kehidupan sehari-hari, seperti menulis jurnal harian, meditasi pagi dan malam, serta refleksi diri. Dengan praktik ini, individu dapat meningkatkan kesadaran diri dan pertumbuhan pribadi.

Kesimpulan

Buku How to Be a Stoic karya Massimo Pigliucci menawarkan panduan praktis untuk menghadapi tantangan kehidupan modern melalui prinsip-prinsip Stoikisme. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Stoik, individu dapat menjalani hidup dengan lebih bijaksana, tenang, dan bermakna.