Massimo Pigliucci: “Belajarlah dari Penderitaan, tapi Jangan Tenggelam di Dalamnya”

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA - Dalam hidup, penderitaan adalah sesuatu yang tak terelakkan. Setiap manusia, tanpa memandang latar belakang atau status sosial, pasti pernah — atau akan — menghadapi momen sulit. Namun, filsuf modern Massimo Pigliucci, dalam semangat Stoikisme yang ia anut, mengingatkan kita melalui salah satu kutipan reflektifnya:

Socrates: “Hidup yang Tidak Diperiksa, Tidak Layak Dijalani

“Belajarlah dari penderitaan, jangan tenggelam di dalamnya.”

Pernyataan ini bukan sekadar motivasi, melainkan ajakan filosofis untuk mengubah cara kita memandang kesakitan. Alih-alih melihat penderitaan sebagai musuh atau kutukan, Stoikisme mendorong kita untuk melihatnya sebagai guru.

“Jangan Kejar Banyak Hal. Kejar Hal yang Penting” – Nasihat Ryan Holiday untuk Hidup Lebih Fokus dan Bermakna

Penderitaan sebagai Guru Kehidupan

Dalam buku terkenalnya How to Be a Stoic (2017), Pigliucci menekankan bahwa manusia tidak bisa menghindari segala bentuk penderitaan. Namun, yang bisa dikendalikan adalah bagaimana kita meresponsnya. Dalam semangat Stoik, penderitaan bukan untuk ditakuti atau dihindari, tetapi untuk dimaknai dan diolah menjadi kebijaksanaan.

“Kamu Tidak Bisa Mengontrol Segalanya, Tapi Kamu Selalu Bisa Memilih Bagaimana Kamu Merespons” – Ryan Holiday

Penderitaan dapat mengajarkan kita:

  • Ketabahan dalam menghadapi hal-hal di luar kendali
  • Kedewasaan dalam menilai makna hidup
  • Empati terhadap orang lain yang mengalami hal serupa
  • Kejernihan dalam membedakan hal-hal yang penting dan yang tidak
Halaman Selanjutnya
img_title