Massimo Pigliucci: “Pikiran yang Jernih Lebih Berharga daripada Reaksi yang Cepat”
- Cuplikan layar
Malang, WISATA - Di era digital yang serba instan ini, kita hidup dalam tekanan untuk selalu merespons cepat — dari membalas pesan secepat kilat, memberikan pendapat spontan di media sosial, hingga mengambil keputusan penting dalam waktu sempit. Namun, filsuf modern Massimo Pigliucci mengingatkan kita untuk melangkah mundur sejenak dan bertanya: Apakah semua reaksi cepat itu benar-benar bijaksana?
Dalam salah satu kutipan reflektifnya, Pigliucci menyatakan,
“Pikiran yang jernih lebih berharga daripada reaksi yang cepat.”
Kutipan ini menyoroti pentingnya kejernihan mental sebagai fondasi kebijaksanaan dalam bertindak.
Reaksi Cepat vs. Respons Bijak
Di permukaan, reaksi cepat tampak sebagai tanda efisiensi dan kecerdasan. Namun, reaksi yang tidak disaring oleh pertimbangan sering kali berakar pada emosi mentah: marah, takut, cemas, atau bahkan ego. Reaksi semacam ini mungkin membuat kita merasa "merespons situasi", tetapi kerap memperburuk keadaan.
Sebaliknya, kejernihan pikiran memberi ruang bagi refleksi. Dalam tradisi Stoikisme yang dianut oleh Pigliucci, tindakan yang bermakna bukanlah yang cepat, tetapi yang selaras dengan kebajikan: keadilan, keberanian, kebijaksanaan, dan pengendalian diri. Kejernihan mental memungkinkan kita menilai apakah suatu respons benar-benar pantas, bukan sekadar impuls.
Apa Kata Stoik Kuno?
- Epictetus mengajarkan, “Tidak apa yang terjadi yang mengganggu kita, tapi penilaian kita terhadapnya.”
- Seneca menulis, “Marah adalah kegilaan singkat.”
- Marcus Aurelius merenungkan, “Ketenangan adalah kekuatan sejati manusia.”