Jules Evans: “Pikiran yang Jernih adalah Senjata Terbaik dalam Menghadapi Ketidakpastian”
- Cuplikan layar
Evans berpendapat bahwa kejernihan pikiran tidak muncul begitu saja, melainkan hasil dari latihan batin—baik melalui refleksi diri, meditasi, maupun pengembangan wawasan filosofis. “Kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar, tapi kita bisa melatih kejernihan di dalam,” tegasnya.
Filsafat sebagai Latihan Mental
Dalam konteks ini, filsafat bukan sekadar teori atau sejarah pemikiran, tetapi alat untuk memperkuat ketahanan psikologis. Evans menghidupkan kembali ajaran tokoh-tokoh seperti Marcus Aurelius dan Epictetus yang menekankan bahwa pikiran manusia adalah benteng terakhir kebebasan sejati.
Ia menjelaskan, saat seseorang belajar mengenali pikirannya sendiri—termasuk prasangka, ketakutan, dan pola reaktif—ia menjadi lebih sadar terhadap cara pikir yang membentuk realitasnya. Dari sinilah kekuatan sejati muncul: bukan dari menguasai dunia luar, tetapi dari menguasai persepsi.
Relevansi di Era Krisis Global
Pandemi, krisis iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan konflik geopolitik adalah contoh nyata dari ketidakpastian global saat ini. Dalam situasi seperti ini, Evans menilai bahwa kebutuhan terhadap kejernihan berpikir menjadi lebih vital dari sebelumnya. Masyarakat yang dibanjiri informasi dan disinformasi membutuhkan kemampuan menyaring, menganalisis, dan menilai secara rasional.
“Ketika kepanikan menyebar lebih cepat dari fakta, kejernihan adalah tameng,” ungkapnya dalam sebuah wawancara. Oleh karena itu, ia mendorong setiap individu untuk menumbuhkan kebiasaan mental seperti menulis jurnal, bermeditasi, dan membaca karya-karya reflektif sebagai cara mempertajam daya pikir.