Marcus Aurelius: Nilai Seorang Manusia Tidak Lebih Besar dari Ambisinya

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA – Dalam dunia yang serba cepat dan kompetitif, ambisi sering kali dianggap sebagai bahan bakar utama untuk meraih kesuksesan. Namun, filsuf dan Kaisar Romawi, Marcus Aurelius, menawarkan perspektif yang lebih mendalam mengenai ambisi dan nilai diri. Dalam karyanya Meditations, ia menulis:

Ryan Holiday: “Pikiran yang Tenang adalah Landasan Keputusan yang Bijak” – Seni Mengambil Keputusan

“Nilai seorang manusia tidak lebih besar dari ambisinya.”

Pernyataan ini mengajak kita untuk merenungkan hubungan antara ambisi dan nilai diri, serta bagaimana keduanya membentuk karakter dan tujuan hidup seseorang.

Ryan Holiday: “Diam adalah Kekuatan, Bukan Kelemahan” – Seni Menahan Diri di Era Kebisingan

Ambisi sebagai Cerminan Nilai Diri

Menurut Marcus Aurelius, ambisi bukan sekadar keinginan untuk mencapai sesuatu, melainkan cerminan dari nilai-nilai dan tujuan hidup seseorang. Ambisi yang mulia dan bermakna mencerminkan karakter yang kuat dan tujuan hidup yang jelas. Sebaliknya, ambisi yang dangkal dan egois dapat menunjukkan kurangnya kedalaman dalam pemikiran dan tujuan hidup.

Ryan Holiday: "Ketenangan Bukanlah Kebetulan, Ia adalah Hasil dari Disiplin"

Dalam konteks ini, ambisi menjadi tolok ukur sejauh mana seseorang menghargai dirinya sendiri dan apa yang ingin ia capai dalam hidup. Ambisi yang tinggi dan bermakna menunjukkan bahwa seseorang memiliki visi yang jelas dan komitmen untuk mencapai tujuan tersebut.

Ambisi dalam Filosofi Stoik

Filosofi Stoik, yang dianut oleh Marcus Aurelius, menekankan pentingnya hidup selaras dengan akal dan kebajikan. Dalam pandangan Stoik, ambisi yang sejati adalah ambisi untuk menjadi pribadi yang bijaksana, adil, berani, dan sederhana. Ambisi semacam ini tidak bergantung pada pengakuan eksternal atau pencapaian materi, melainkan pada pertumbuhan pribadi dan kontribusi positif kepada masyarakat.

Dengan demikian, ambisi dalam filosofi Stoik bukanlah tentang mengejar kekuasaan atau kekayaan, tetapi tentang mengejar kebajikan dan kehidupan yang bermakna.

Menghindari Ambisi yang Merusak

Tidak semua ambisi membawa dampak positif. Ambisi yang didorong oleh keserakahan, iri hati, atau keinginan untuk mengalahkan orang lain dapat merusak hubungan sosial dan kesejahteraan pribadi. Marcus Aurelius mengingatkan kita untuk waspada terhadap ambisi semacam ini dan memastikan bahwa ambisi kita selaras dengan nilai-nilai kebajikan dan kebaikan bersama.

Ambisi yang sehat adalah ambisi yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.

Menumbuhkan Ambisi yang Sehat

Untuk mengembangkan ambisi yang sehat dan bermakna, berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1.     Refleksi Diri: Luangkan waktu untuk merenungkan apa yang benar-benar penting bagi Anda dan apa yang ingin Anda capai dalam hidup.

2.     Tetapkan Tujuan yang Bermakna: Fokus pada tujuan yang selaras dengan nilai-nilai pribadi dan memberikan dampak positif bagi orang lain.

3.     Kembangkan Kebajikan: Latih diri untuk menjadi pribadi yang bijaksana, adil, berani, dan sederhana dalam setiap aspek kehidupan.

4.     Evaluasi Ambisi Secara Berkala: Tinjau kembali ambisi Anda secara berkala untuk memastikan bahwa mereka tetap selaras dengan nilai-nilai dan tujuan hidup Anda.

Kesimpulan

Pernyataan Marcus Aurelius bahwa "nilai seorang manusia tidak lebih besar dari ambisinya" mengajak kita untuk merenungkan kualitas ambisi kita dan bagaimana ambisi tersebut mencerminkan nilai diri kita. Dengan mengembangkan ambisi yang sehat dan bermakna, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.