Jangan Memaksa Dunia Mengikuti Kehendakmu, Ikutlah Mengalir Dengannya– Nasihat Epictetus yang Menguatkan Jiwa
- Image Creator Grok/Handoko
Dalam kehidupan pribadi, banyak yang menderita karena ekspektasi tidak sesuai kenyataan: pasangan yang tidak memenuhi harapan, karier yang tidak melesat seperti yang diidamkan, atau rencana hidup yang hancur karena pandemi atau krisis. Pesan Epictetus memberi pelipur lara: bukan realitas yang menyakitkan, tapi ekspektasi kitalah yang menimbulkan penderitaan.
Filosofi Stoik: Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
Epictetus membagi dunia menjadi dua: hal-hal yang bisa kita kendalikan (seperti pikiran, sikap, keputusan), dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan (seperti cuaca, opini orang lain, hasil usaha). Dengan memusatkan energi pada yang bisa kita kendalikan dan menerima sisanya, hidup menjadi lebih ringan dan penuh makna.
“Jangan berharap dunia berubah mengikuti keinginanmu, tetapi ubahlah dirimu agar sesuai dengan dunia—di sanalah kebijaksanaan berada,” tulis Epictetus dalam The Enchiridion, buku ringkas yang kini menjadi bacaan penting bagi pencari kedamaian batin.
Psikologi Modern Mendukung Pandangan Ini
Ilmu psikologi positif dan terapi kognitif perilaku (CBT), yang berkembang pesat di abad ke-20, banyak mengambil inspirasi dari ajaran Stoikisme. Terapis CBT sering meminta pasien membedakan antara “pikiran yang rasional” dan “pikiran yang distorsi”, serupa dengan konsep kendali dalam ajaran Epictetus.
Sebuah studi oleh Harvard Medical School menunjukkan bahwa orang yang mampu menerima keadaan sulit dan tetap bersikap positif memiliki ketahanan mental yang jauh lebih kuat dibanding mereka yang terus berusaha melawan keadaan tanpa kendali.