Seneca: Waktu Adalah Harta Paling Berharga yang Sering Kita Abaikan

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA – Dalam surat pertamanya kepada sahabatnya, Lucilius, filsuf Stoik terkemuka Lucius Annaeus Seneca menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menghargai waktu. Surat yang berjudul On Saving Time atau Tentang Menyelamatkan Waktu ini menjadi salah satu ajaran moral abadi dari Seneca, mengingatkan kita bahwa satu-satunya milik sejati manusia adalah waktu, yang ironisnya paling sering disia-siakan.

Ryan Holiday: “Diam adalah Kekuatan, Bukan Kelemahan” – Seni Menahan Diri di Era Kebisingan

Kehilangan Waktu Tanpa Sadar
Seneca membuka suratnya dengan nasihat agar Lucilius membebaskan dirinya demi kebaikannya sendiri, dengan cara mengumpulkan dan menjaga waktunya. Menurut Seneca, waktu seringkali direnggut, dicuri, atau mengalir begitu saja tanpa kita sadari. Lebih parah lagi, kehilangan waktu akibat kelalaian dianggapnya sebagai bentuk kerugian yang paling memalukan.

Seneca menekankan, sebagian besar hidup manusia berlalu saat melakukan hal buruk, sebagian lagi habis untuk tidak melakukan apa-apa, dan sisanya terbuang untuk hal-hal yang tidak penting. Ia mengajak Lucilius untuk merenungkan bahwa setiap hari sebenarnya membawa kita semakin dekat kepada kematian, karena tahun-tahun yang telah lewat sejatinya sudah berada dalam genggaman maut.

Ryan Holiday: "Ketenangan Bukanlah Kebetulan, Ia adalah Hasil dari Disiplin"

Pegang Teguh Hari Ini
Dalam surat itu, Seneca menasihati agar Lucilius memegang erat tugas hari ini, dan tidak bergantung pada hari esok. Ia mengingatkan bahwa sementara kita menunda-nunda, hidup terus melaju cepat. “Tidak ada yang benar-benar menjadi milik kita selain waktu,” tulis Seneca dengan tegas.

Ia mengkritik perilaku manusia yang begitu menghargai barang-barang duniawi yang murah dan dapat digantikan, namun mengabaikan waktu—satu-satunya aset yang tidak bisa dikembalikan atau dibeli kembali. Menurut Seneca, waktu adalah satu-satunya pinjaman yang bahkan oleh penerima yang paling bersyukur pun tak mungkin bisa dikembalikan.

Bahagia Bukan dari Dunia Luar, Tapi dari Dalam Menurut Massimo Pigliucci

Pengakuan Diri Seneca
Menariknya, Seneca dengan jujur mengakui bahwa ia sendiri masih berjuang mengelola waktunya dengan baik. Ia menggambarkan dirinya seperti seorang dermawan yang tetap berhati-hati: walau tak mampu membanggakan bahwa dirinya tidak pernah membuang waktu, setidaknya ia sadar akan apa yang terbuang, penyebabnya, serta caranya terjadi.

Seneca menggambarkan keadaannya mirip dengan orang-orang yang jatuh miskin bukan karena kesalahan mereka sendiri—masyarakat mungkin memaafkan, tetapi tidak serta merta membantu. Dalam konteks ini, Seneca ingin menunjukkan pentingnya kesadaran dan kontrol atas waktu, bahkan saat kita merasa sulit menghindari pemborosan.

Waktu Tak Bisa Ditunda
Seneca menutup suratnya dengan peringatan keras: jangan menunggu hingga hanya sisa-sisa waktu yang tersisa untuk diselamatkan. Mengutip kebijaksanaan leluhur, ia menulis, "Sudah terlambat berhemat ketika yang tersisa hanyalah endapan di dasar tong." Sisa waktu yang tersisa biasanya sedikit dan kualitasnya buruk.

Pesan Abadi Seneca
Melalui surat ini, Seneca ingin membangunkan kesadaran kita bahwa waktu adalah harta paling berharga yang kita miliki, dan karena itu, kita harus memperlakukannya dengan kehormatan yang sepatutnya. Bagi Seneca, memahami nilai waktu bukan hanya soal efisiensi, melainkan soal membangun kehidupan yang bermakna, penuh kesadaran, dan terhindar dari penyesalan di ujung jalan.

Pesan Seneca tentang waktu ini, meski ditulis hampir dua milenium lalu, tetap terasa sangat relevan di tengah kehidupan modern yang sibuk, penuh distraksi, dan seringkali membuat manusia lupa akan apa yang benar-benar penting.