Pendidikan Rumah Tangga: 4 Bekal Utama Berumah Tangga

Salah satu bekal rumah tangga, bekal ilmu
Sumber :
  • pixabay/SyauqiFillah

Makassar, WISATA - Akhir-akhir ini kita sering mendengar berbagai kejahatan yang dilakukan anak terhadap orang tua, orang tua terhadap anak, dan macam-macam perbuatan kriminal seperti KDRT bahkan pembunuhan. Orang berpikir apakah yang salah anak, atau orang tua yang tidak bisa mendidik anak? Tentunya kita tidak dapat menyalahkan salah satu pihak tanpa menelaah duduk permasalahan hingga terjadi perbuatan tersebut.

Ibn Sina: "Keadilan adalah Kebajikan yang Menyeimbangkan Hak dan Kewajiban, …"

Orang berkata tidak selamanya anak yang salah, karena terkadang ada juga orang tua yang bersifat toxic kepada anak. Sifat toxic antara lain sering memukul, memarahi, dan hal lain yang memperlihatkan bahwa ego sebagai orang tua masih sangat tinggi untuk merasa harus selalu menang atas anaknya.

Menjadi orang tua itu tidak mudah. Kita harus melepaskan ego kita sebagai manusia individu yang mementingkan diri sendiri, dan berperan sebagai pihak yang bisa mengayomi dan menjadi contoh anak-anak kita. Berumah tangga itu tidak mudah, ada ilmunya yang selalu harus dipraktikkan, dan selalu harus diingat, karena manusia pada dasarnya makhluk lemah yang punya sifat lalai dan lupa.

Al-Farabi: "Keadilan adalah Pengetahuan tentang Hak dan Kewajiban serta ,..."

Berikut 4 bekal berumah tangga, yang mungkin dapat memberikan sedikit inspirasi pada orang tua untuk membangun rumah tangga yang nyaman untuk semua anggotanya:

1.Bekal Ilmu

Begini Perspektif dan konsepsi Para Filsuf Muslim tentang Keadilan

Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan dunia harus memakai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat harus memakai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan dunia dan akhirat harus memakai ilmu.”

Ilmu berumah tangga tidak ada sekolah khususnya, itu mungkin dulu. Namun sekarang ini banyak pihak yang menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk calon pengantin maupun calon orang tua tentang pengelolaan rumah tangga. Pelatihan semacam ini baik untuk diikuti, namun tentu kita harus melihat dulu narasumbernya, kompeten atau tidak. Selain dari pelatihan, kita dapat belajar dari ceramah-ceramah maupun dari buku. 

Jika sudah bertahun-tahun membangun rumah tangga, jangan pula merasa jadi seorang pakar lalu malas belajar ilmu rumah tangga. Kehidupan ini berjalan cepat, teknologi juga membuat segalanya berbeda dengan masa lalu. Setiap waktu ada hal baru yang mempengaruhi perkembangan jasmani maupun rohani anak-anak kita. Di sinilah pentingnya orang tua senantiasa belajar karena ilmu rumah tangga akan terus berkembang seperti juga ilmu lainnya.

Jangan salahkan siapapun jika rumah tangga terasa runyam dan tidak nyaman. Itu adalah kesalahan orang tua yang enggan menjadikan ilmu sebagai bekal utama dalam mengelola rumah tangga.

2.Gemar Beramal

Setiap ilmu tidak akan membawa manfaat, kecuali bila sudah terwujud dalam bentuk amal. Rumus kehidupan ini sederhana, yaitu seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari yang ia inginkan, tapi dari apa yang ia lakukan. Jadi bekal kedua untuk tercapainya rumah tangga ideal setelah menguasai ilmu adalah gemar mengamalkannya.

Allah berfirman, “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’aam 6:132).

Kita tidak dapat mengharapkan seseorang berubah hanya karena ingin ia berubah. Kita harus melakukan usaha terlebih dahulu. Suami jangan hanya ingin disayangi istri, namun jadilah suami yang menyayangi istri terlebih dahulu. Orang tua jangan hanya ingin dihormati oleh anak-anak, namun hormati juga mereka. Mereka menjadi anak kita bukan kemudian dapat kita perlakukan seenaknya. Mereka itu adalah titipan dari Allah SWT yang harus kita rawat baik-baik.

Semua hal baik yang kita lakukan akan kembali kepada kita. Hendaknya di manapun kita berada dapat menjadi orang yang selalu bisa berbuat sesuatu, bisa memberi manfaat serta kebaikan pada lingkungan kita, khususnya tentu bagi keluarga kita.

3.Ikhlas

Amal yang kita lakukan tidak akan ada gunanya jika kita tidak ikhlas. Orang yang ikhlas artinya orang yang berbuat sesuatu tanpa berharap mendapatkan apapun kecuali ingin disukai oleh Allah. Inilah bekal ketiga dalam berumah tangga. 

Rumah tangga yang selalu dekat kepada Allah dan sangat menjaga keikhlasan dalam beramal, adalah rumah tangga yang layak memperoleh jaminan pertolongan-Nya. 

Jika sebuah rumah tangga jarang salat, enggan bersedekah dan menolong orang lain, malas melakukan amal-amal kebaikan, ditambah berhati busuk, maka akan letih dalam mengelola rumah tangganya. Rumah seluas apa pun akan terasa sempit kalau hati penghuninya sempit. 

Bila kita menemukan kekurangan pada pasangan kita, seharusnya itu bukan masalah, karena pasangan kita bukan nabi atau malaikat. Kekurangan yang ada harus menjadi sarana untuk saling melengkapi, sedangkan kelebihan untuk disyukuri. 

Demikian juga dengan anak-anak kita. Mereka itu adalah sebuah pribadi yang unik, jangan diharapkan akan menjadi pribadi yang sama dengan kita hanya karena mereka lahir dari rahim kita. Perbedaan yang ada harus tetap disyukuri dan dikelola dengan saling menghargai dan menghormati.

4.Bersih Hati

Kunci dalam menyikapi setiap ujian dan aneka masalah dalam kehidupan adalah qolbu (hati). Setiap masalah dalam rumah tangga dapat menjadi makin rumit atau sederhana tergantung hati kita dalam menyikapinya. Oleh sebab itu, hati yang bersih adalah bekal utama keempat yang harus dimiliki oleh sebuah rumah tangga. 

Ujian dan masalah rumah tangga akan datang setiap saat dan bagi suami istri yang bersih hatinya akan disikapi sebagai nikmat dari Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Di balik semua ujian dan masalah pasti terkandung hikmah luar biasa mengesankan yang akan semakin meningkatkan kedewasaan dan kearifan kita sebagai manusia.

Demikianlah empat bekal dalam berumah tangga, semoga dapat diamalkan dengan ikhlas sehingga kita semua dapat memperoleh kenyamanan berumah tangga di dunia, maupun kelak di akhirat sesuai janji Allah kepada orang-orang yang bertakwa. 

Sumber: Buku "Sakinah, Manajemen Qolbu untuk Keluarga."