Epictetus dan Pelajaran Kemandirian Emosional: “Tak Seorang Pun Bisa Menyakitimu Kecuali Kamu Mengizinkannya”

Epictetus Filsuf Stoik
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA"Tak seorang pun bisa menyakitimu kecuali kamu mengizinkannya," ujar Epictetus, seorang filsuf Stoik yang hidup sebagai budak sebelum menjadi guru besar kebijaksanaan. Dalam kalimat pendek namun sarat makna ini, Epictetus menyoroti inti dari kebebasan sejati: penguasaan atas diri sendiri.

Uang Hanya Penting Sampai Anda Tak Perlu Lagi Memikirkannya: Filosofi Naval Ravikant untuk Kebebasan Sejati

Kutipan ini mungkin terdengar radikal dalam dunia yang sarat konflik emosional, di mana kata-kata tajam, perlakuan buruk, atau bahkan komentar di media sosial bisa melukai harga diri seseorang. Namun bagi Epictetus, luka batin bukan berasal dari luar, melainkan dari cara kita memilih untuk menanggapinya.

Kekuatan di Tangan Kita Sendiri

Naval Ravikant: Cara Tercepat Menjadi Kaya adalah Memberikan Nilai dalam Skala Besar

Filsafat Stoik mengajarkan bahwa kita tidak memiliki kendali atas apa yang dilakukan orang lain, namun kita sepenuhnya memiliki kendali atas respons kita. Maka, ketika seseorang bersikap kasar, meremehkan, atau menyakiti kita, sesungguhnya mereka tidak bisa melukai kita—kecuali kita memberi mereka izin masuk ke batin kita.

Epictetus percaya bahwa penderitaan emosional muncul bukan dari peristiwa itu sendiri, tapi dari penilaian kita terhadap peristiwa itu. Dengan kata lain, bukan hinaan yang menyakitkan, tetapi keyakinan bahwa hinaan itu benar atau berarti sesuatu tentang diri kita.

Jangan Bekerja demi Uang, Bekerjalah untuk Belajar: Pelajaran Berharga dari Naval Ravikant untuk Generasi Milenial

Relevansi di Era Media Sosial

Dalam era digital saat ini, komentar negatif di media sosial dapat memicu krisis harga diri. Namun kutipan Epictetus memberi perspektif yang menyegarkan: kita tidak harus menerima setiap kritik atau provokasi sebagai kebenaran. Kita bisa memilih untuk melihatnya sebagai sekadar suara yang lewat, bukan sebagai vonis atas nilai diri kita.

Psikolog modern pun mengamini pendekatan ini. Konsep emotional resilience atau ketahanan emosional menekankan pentingnya membangun kepercayaan diri yang tidak tergantung pada validasi eksternal. Semakin kita berfokus pada nilai dan prinsip pribadi, semakin kuat pertahanan mental kita terhadap gangguan luar.

Tiga Cara Menerapkan Filosofi Ini

1.     Berhenti Memberi Kekuasaan Emosional pada Orang Lain
Ingatkan diri bahwa tidak semua opini pantas memengaruhi pikiranmu. Orang lain hanya bisa memengaruhi emosi jika kamu membiarkannya.

2.     Latih Kesadaran Diri (Self-awareness)
Saat merasa tersinggung atau terluka, tanyakan: Apakah ini benar? Mengapa ini menyakitiku? Apakah aku mengizinkannya?

3.     Fokus pada Kendali Internal
Bangun prinsip hidup berdasarkan integritas dan nilai pribadi. Dengan begitu, kamu tak mudah digoyahkan oleh komentar negatif atau perlakuan buruk.

Pesan Epictetus untuk Generasi Modern

Epictetus hidup dua ribu tahun lalu, namun ajarannya lebih relevan dari sebelumnya. Di tengah budaya yang cepat tersinggung, mudah terpolarisasi, dan penuh tekanan sosial, filsafat Stoik menawarkan oase ketenangan dan keteguhan.

Jika kita ingin menjadi individu yang kuat secara mental, tenang secara emosional, dan merdeka dalam berpikir, maka pesan Epictetus ini bisa menjadi mantra harian: "Tak seorang pun bisa menyakitimu kecuali kamu mengizinkannya."