"Bersikap Toleranlah kepada Orang Lain, Tapi Keraslah terhadap Dirimu Sendiri" – Marcus Aurelius dan Etika Kedisiplinan

Marcus Aurelius Tokoh Populer Stoicism
Sumber :
  • Image Creator bing/Handoko

Jakarta, WISATA — Di tengah era media sosial yang penuh penghakiman dan saling menyalahkan, kutipan dari filsuf-stoik dan Kaisar Romawi Marcus Aurelius kembali relevan sebagai pengingat moral:

Seneca: Tak Ada yang Menjadi Bijak karena Kebetulan

"Bersikap toleranlah kepada orang lain, tapi keraslah terhadap dirimu sendiri."

Kutipan ini berasal dari Meditations, jurnal pribadi Marcus yang kini dianggap sebagai salah satu karya filsafat praktis paling berpengaruh sepanjang sejarah. Ia mengajak kita untuk menyeimbangkan antara pengendalian diri dan empati terhadap orang lain.


“Jangan Biarkan Kesan Pertama Menjatuhkanmu” – Pelajaran Epictetus Tentang Penilaian yang Bijak

Makna Stoik di Balik Kutipan

Dalam pandangan Stoik, dunia berada di luar kendali kita — begitu pula tindakan orang lain. Namun, satu hal yang benar-benar dapat kita kuasai adalah diri kita sendiri. Maka dari itu, Marcus menekankan bahwa penghakiman dan disiplin seharusnya diarahkan ke dalam, bukan ke luar.

“Kebebasan adalah Hak untuk Hidup Seperti yang Kita Kehendaki” – Pelajaran Abadi dari Epictetus

Prinsip ini mendorong dua hal:

1.     Toleransi sosial: Mengerti bahwa setiap orang bertindak berdasarkan pemahaman dan kondisi masing-masing.

2.     Kedisiplinan pribadi: Menuntut standar tinggi terhadap diri sendiri dalam berpikir, berkata, dan bertindak.

Etika Stoik dan Dunia Modern

Kita hidup di zaman yang sering kali membalik kutipan Marcus: kita terlalu keras terhadap orang lain dan terlalu lunak terhadap diri sendiri. Di tempat kerja, dalam keluarga, hingga interaksi digital, tuntutan dan ekspektasi sosial lebih sering diarahkan ke luar, bukan ke dalam.

Stoikisme mengajak kita untuk membalik arah penghakiman, dan itu bukan tanda kelemahan — justru sebaliknya, itu bentuk kekuatan batin.

William B. Irvine: Disiplin Diri sebagai Kunci Kebahagiaan

Filsuf modern William B. Irvine dalam bukunya A Guide to the Good Life menjelaskan bahwa hidup Stoik menuntut kita untuk mengadopsi kedisiplinan sebagai bentuk kebebasan sejati. Kita tidak bergantung pada perilaku orang lain, karena sumber nilai terletak dalam kendali internal.

Praktik Harian: Bagaimana Menerapkannya

1.     Refleksi Diri Harian: Setiap malam, tinjau apakah kita telah menjalani hari dengan integritas.

2.     Latihan Toleransi: Ketika orang lain membuat kesalahan, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku juga pernah melakukan hal serupa?”

3.     Menahan Diri dalam Kritik: Fokus pada memperbaiki kelemahan pribadi sebelum mengomentari kekurangan orang lain.

Ryan Holiday: Empati Publik, Standar Pribadi

Penulis Stoik modern Ryan Holiday juga sering menggarisbawahi nilai ini. Dalam The Daily Stoic, ia menulis:

“Jangan berharap dunia untuk memahamimu. Jadilah orang yang memahami dunia.”

Holiday percaya bahwa mengembangkan rasa empati terhadap orang lain, sambil mengasah etika pribadi secara konsisten, adalah inti dari keberhasilan hidup modern yang bermakna.

Kesimpulan: Kuat di Dalam, Lembut di Luar

Kutipan Marcus Aurelius bukan hanya nasihat moral, melainkan pedoman hidup yang menantang sekaligus membebaskan. Kita diajak untuk tidak mengatur dunia, tetapi mengatur diri sendiri, dan dalam proses itu, menjadi pribadi yang bijaksana, sabar, dan kuat.

“Dunia ini terlalu keras untuk dijalani tanpa empati, dan terlalu kompleks untuk dijalani tanpa disiplin.”