“Tak Ada Manusia yang Benar-benar Bebas Kecuali Ia Telah Menguasai Dirinya Sendiri” – Epictetus
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA – Di tengah tekanan hidup modern—dari tenggat waktu pekerjaan hingga hiruk-pikuk media sosial—banyak orang merasa seolah-olah tidak punya kendali atas nasibnya sendiri. Namun, Seruan dari filsuf Stoik kuno Epictetus menawarkan perspektif yang membebaskan:
“Tak ada manusia yang benar-benar bebas kecuali ia telah menguasai dirinya sendiri.”
Kutipan ini menegaskan inti ajaran Stoikisme: bahwa kebebasan tidak diukur dari kemerdekaan eksternal, melainkan dari kemampuan mengendalikan pikiran, emosi, dan tindakan.
Menguasai Diri: Jalan Menuju Kebebasan Batin
Epictetus, seorang mantan budak yang menjadi guru filsafat di Roma, memandang bahwa ketergantungan pada keinginan, kemarahan, atau ketakutan justru mengurangi kebebasan hakiki. Menurut William B. Irvine, profesor filsafat di Wright State University, penguasaan diri—termasuk disiplin mengelola pikiran—adalah “fondasi ketenangan batin”:
“Seseorang yang terbebas dari dorongan impulsif dan kecemasan tentang masa depan, sesungguhnya lebih merdeka daripada raja yang dikelilingi pelayan,” tulis Irvine dalam A Guide to the Good Life.
Stoikisme dan Psikologi Modern
Konsep Epictetus ini selaras dengan terapi kognitif-perilaku (CBT) yang dikembangkan pada abad ke-20. Donald Robertson, psikoterapis dan penulis How to Think Like a Roman Emperor, menunjukkan bahwa CBT mengajarkan pasien untuk mengamati pikiran mereka—sama halnya Stoikisme mengajarkan refleksi diri sebelum bereaksi. Hasilnya adalah peningkatan koneksi antara prefrontal cortex dan amigdala, yang mengurangi reaksi emosional berlebihan dan memperkuat kendali diri.
Panduan Praktis Menurut Stoik
Beberapa tokoh Stoikisme modern menawarkan latihan harian untuk mengasah penguasaan diri:
1. Refleksi Pagi dan Malam
Seperti dianjurkan oleh Gregory Lopez dalam A Handbook for New Stoics, catat satu situasi di mana Anda bereaksi impulsif, lalu renungkan bagaimana Anda bisa menanganinya dengan lebih bijak besok.
2. Latihan Menunda Reaksi
Ryan Holiday menyarankan teknik “10 detik hening” sebelum merespons pesan atau komentar yang memancing emosi, memberikan ruang bagi pikiran rasional.
3. Visualisasi Negatif
Bayangkan gangguan kecil atau kehilangan kecil agar Anda tidak terkejut saat hal tersebut benar-benar terjadi—memupuk penguasaan diri sekaligus mereduksi kecemasan.
Kebebasan di Era Digital
Di era media sosial, kebebasan sering disamakan dengan kemampuan mengungkapkan diri tanpa sensor. Namun, Epictetus mengingatkan bahwa mengungkapkan apa pun tanpa kendali diri justru membelenggu jiwa. Dengan menerapkan prinsip Stoik, kita dapat berbicara dan bertindak secara autentik—tanpa terjerat amarah, iri, atau hasrat instan.
Penutup: Kebebasan Dimulai dari Dalam
Epictetus menegaskan bahwa kebebasan sejati tidak berada di luar sana, melainkan dalam cakupan kendali diri kita. Ketika pikiran dan tindakan dikuasai oleh kebijaksanaan, bukan dorongan sesaat, kita mencapai tingkat kemerdekaan hakiki—jiwa yang merdeka dalam wujud apa pun.