Keberanian Melawan Diri Sendiri: Mengapa Berbohong kepada Diri Sendiri Adalah Tindakan Seorang Pengecut?

Fyodor Dostoevsky (1821–1881)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Fyodor Dostoevsky, melalui novelnya Crime and Punishment, menghadirkan kutipan yang menggugah, "Hanya seorang pengecut yang berbohong kepada dirinya sendiri." Sebuah pernyataan yang mengingatkan kita bahwa kejujuran terhadap diri sendiri adalah langkah pertama menuju perubahan dan penebusan.

Seneca: Berdamai dengan Kemiskinan adalah Kekayaan Sejati

Kutipan ini tidak hanya relevan bagi karakter Rodion Raskolnikov, yang berjuang dengan rasa bersalahnya, tetapi juga bagi kita semua yang sering kali menutupi kebenaran demi kenyamanan. Berapa banyak dari kita yang berpura-pura bahagia, menyangkal kesalahan, atau menipu diri sendiri agar tidak menghadapi kenyataan yang sulit?

Dostoevsky mengajarkan bahwa menghadapi diri sendiri dengan jujur memerlukan keberanian besar, sedangkan mereka yang terus hidup dalam kepalsuan hanyalah pengecut yang lari dari kenyataan.

Socrates dan Perubahan: Mengapa Hanya Orang Bodoh atau Sangat Bijak yang Bisa Menolaknya?

Mengapa Manusia Berbohong kepada Diri Sendiri?

Secara psikologis, menipu diri sendiri adalah mekanisme pertahanan yang digunakan banyak orang untuk menghindari rasa sakit emosional. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa manusia cenderung menghindari kebenaran yang dapat mengancam harga diri mereka.

Seneca: Kebesaran Manusia Tidak Diukur dari Apa yang Dimilikinya

Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk kebohongan terhadap diri sendiri bisa bermacam-macam. Beberapa orang tetap bertahan dalam hubungan yang toxic dengan alasan cinta, padahal mereka tahu bahwa mereka hanya takut kesepian. Yang lain mungkin menyangkal bahwa mereka tidak bahagia dalam pekerjaan mereka, tetapi terus bertahan karena takut akan ketidakpastian.

Dalam Crime and Punishment, Raskolnikov meyakinkan dirinya bahwa membunuh seorang rentenir tua adalah tindakan yang dapat dibenarkan demi kepentingan yang lebih besar. Ia menciptakan narasi dalam pikirannya untuk menghindari perasaan bersalah. Namun, seiring waktu, kebohongan itu justru menjadi beban yang menghancurkan dirinya.

Halaman Selanjutnya
img_title