Massimo Pigliucci: Rahasia Kebahagiaan Ada di Kendali Diri, Bukan di Dunia Luar
- Tangkapan Layar
Jakarta, WISATA - Di tengah kehidupan modern yang penuh distraksi, tekanan sosial, dan ketidakpastian, kebahagiaan sering terasa seperti sesuatu yang sulit digapai. Banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam pencapaian, kekayaan, atau pengakuan dari orang lain. Namun, filsuf dan akademisi Massimo Pigliucci punya pandangan berbeda. Ia percaya bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri—lebih tepatnya, dari bagaimana kita mengendalikan pikiran, emosi, dan tindakan kita.
Pandangan ini bukanlah sesuatu yang baru. Ia berasal dari filosofi Stoikisme, ajaran kuno yang telah berusia lebih dari 2.000 tahun dan kembali populer di era modern berkat tokoh-tokoh seperti Pigliucci. Dalam berbagai bukunya, ia menjelaskan bagaimana Stoikisme bisa membantu kita hidup lebih tenang, lebih bijaksana, dan tentu saja, lebih bahagia.
Siapa Massimo Pigliucci? Dari Ilmuwan ke Filsuf Stoik Modern
Massimo Pigliucci bukanlah filsuf biasa. Ia memulai kariernya sebagai seorang ilmuwan biologi dengan gelar doktor dalam genetika. Namun, di tengah perjalanan akademiknya, ia merasa bahwa ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan, makna, dan kebahagiaan.
Ketertarikannya terhadap filsafat membawanya untuk mengeksplorasi Stoikisme, sebuah ajaran yang ia temukan sangat relevan dalam kehidupan modern. Ia kemudian meraih gelar Ph.D. dalam filsafat dan mulai menulis serta mengajarkan prinsip-prinsip Stoik kepada masyarakat luas.
Buku-bukunya, seperti How to Be a Stoic dan A Field Guide to a Happy Life, membantu banyak orang memahami bagaimana Stoikisme bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak sekadar membahas teori, tetapi juga memberikan panduan praktis tentang bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik melalui pengendalian diri.
Mengapa Mengendalikan Diri Lebih Penting daripada Mengendalikan Dunia?
Salah satu prinsip utama Stoikisme yang selalu ditekankan oleh Pigliucci adalah konsep Dikotomi Kendali. Prinsip ini mengajarkan bahwa dalam hidup ini, ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan ada hal-hal yang berada di luar kendali kita.
Apa yang bisa kita kendalikan?
- Pikiran kita
- Sikap kita
- Reaksi kita terhadap suatu situasi
- Tindakan yang kita pilih
Sebaliknya, ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti:
- Cuaca
- Opini orang lain tentang kita
- Keputusan yang dibuat oleh orang lain
- Keadaan ekonomi atau politik
Banyak orang menghabiskan hidupnya mencoba mengendalikan hal-hal yang sebenarnya berada di luar kendali mereka. Mereka frustrasi karena orang lain tidak bertindak sesuai harapan mereka, atau mereka merasa cemas tentang masa depan yang belum tentu terjadi.
Stoikisme mengajarkan kita untuk melepaskan keterikatan pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan dan fokus pada apa yang bisa kita ubah: diri kita sendiri. Dengan kata lain, semakin kita bisa mengendalikan diri sendiri, semakin kita bisa mencapai ketenangan dan kebahagiaan.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan seseorang yang sedang dalam perjalanan menuju kantor dan tiba-tiba terjebak macet. Ia bisa memilih untuk menggerutu, membunyikan klakson tanpa henti, dan merasa marah karena merasa waktunya terbuang sia-sia. Namun, kemacetan adalah sesuatu yang berada di luar kendalinya.
Di sisi lain, ia bisa memilih untuk tetap tenang, mendengarkan podcast favoritnya, atau memanfaatkan waktu di mobil untuk merenungkan sesuatu. Dengan cara ini, ia tidak hanya menjaga ketenangannya tetapi juga menghindari stres yang tidak perlu.
Dalam situasi lain, bayangkan Anda mendapat kritik pedas dari rekan kerja atau atasan. Reaksi pertama mungkin adalah merasa tersinggung atau marah. Namun, jika Anda menerapkan prinsip Stoikisme, Anda akan bertanya pada diri sendiri: Apakah saya bisa mengendalikan opini mereka? Jika jawabannya tidak, maka tidak ada gunanya mengkhawatirkannya. Yang bisa Anda kendalikan adalah bagaimana Anda merespons kritik tersebut—apakah Anda akan membiarkannya mengganggu ketenangan Anda, atau justru menggunakannya sebagai kesempatan untuk berkembang?
Mengapa Pengendalian Diri adalah Kunci Kebahagiaan?
Banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan datang dari faktor eksternal—uang, pekerjaan impian, pasangan yang sempurna, atau pengakuan sosial. Namun, semua hal ini sifatnya sementara dan berada di luar kendali kita.
Pigliucci menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam, dari bagaimana kita berpikir dan merespons kehidupan. Ketika kita mampu mengendalikan diri—tidak mudah marah, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, tidak larut dalam emosi negatif—kita akan merasakan kedamaian yang lebih dalam.
Pengendalian diri juga membantu kita untuk tetap berpegang pada nilai-nilai yang benar. Dalam situasi sulit, kita bisa memilih untuk tetap jujur, bertindak dengan integritas, dan tidak terjebak dalam godaan sesaat. Ini adalah cara terbaik untuk membangun karakter yang kuat dan menjalani hidup yang bermakna.
Bagaimana Cara Melatih Pengendalian Diri?
Pigliucci menyarankan beberapa langkah sederhana untuk mulai melatih pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari:
- Berhenti sejenak sebelum bereaksi. Saat menghadapi situasi yang memicu emosi, ambil napas dalam-dalam dan tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini sesuatu yang bisa saya kendalikan? Jika tidak, lepaskan.
- Jangan biarkan opini orang lain mendikte kebahagiaan Anda. Jika seseorang berbicara negatif tentang Anda, sadari bahwa itu adalah opini mereka, bukan kenyataan.
- Latih rasa syukur. Fokus pada apa yang sudah Anda miliki daripada mengeluh tentang apa yang belum Anda dapatkan.
- Refleksi diri setiap malam. Sebelum tidur, tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya sudah bertindak dengan bijaksana hari ini? Apakah saya membiarkan emosi menguasai saya, atau saya tetap tenang?
- Praktikkan kesabaran. Tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita. Dengan bersikap lebih sabar, kita bisa mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan.
Kebahagiaan Ada di Tangan Anda
Massimo Pigliucci mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada dunia luar, tetapi pada bagaimana kita mengendalikan pikiran dan tindakan kita. Dengan memahami apa yang bisa kita kendalikan dan melepaskan hal-hal yang di luar kendali kita, kita bisa menjalani hidup dengan lebih damai, lebih bijaksana, dan lebih bahagia.
Jadi, jika Anda ingin hidup yang lebih tenang dan lebih berarti, mulailah dari diri sendiri. Seperti kata filsuf Stoik Epictetus, "Tidak ada orang yang bebas kecuali mereka yang menguasai diri mereka sendiri."