Massimo Pigliucci dan Jalan Stoik Menuju Hidup yang Berbudi Luhur: Panduan Modern untuk Kebijaksanaan dan Ketenangan

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Bagi sebagian orang, Stoikisme sering kali disalahpahami sebagai ajaran yang kaku dan menuntut seseorang untuk menekan emosinya. Namun, Pigliucci menegaskan bahwa Stoikisme bukan tentang menekan emosi, melainkan tentang mengelola emosi dengan bijak.

Ryan Holiday: “Konsistensi Mengalahkan Motivasi” – Rahasia Kekuatan Tersembunyi di Balik Kebiasaan

Salah satu prinsip utama dalam Stoikisme adalah Dikotomi Kendali, yaitu memahami bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada hal-hal yang di luar kendali kita.

Misalnya, kita tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain memperlakukan kita, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita merespons perlakuan tersebut. Kita tidak bisa menghindari semua kesulitan dalam hidup, tetapi kita bisa memilih bagaimana menyikapinya.

Seneca: Tidak Ada Jalan Mudah dari Bumi ke Bintang-Bintang

Dengan memahami batasan ini, kita bisa mengurangi stres dan tidak lagi membuang energi pada hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Inilah yang membuat Stoikisme menjadi filosofi yang sangat relevan, terutama bagi mereka yang hidup di dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan.

Menjadi Pribadi yang Berbudi Luhur: Pandangan Pigliucci tentang Stoikisme

Ryan Holiday: "Disiplin Adalah Kebebasan yang Sesungguhnya" – Paradoks Stoik yang Mengubah Hidup

Salah satu ajaran Stoik yang sering dibahas oleh Pigliucci adalah konsep virtue (kebajikan). Dalam Stoikisme, seseorang dikatakan hidup dengan baik bukan karena kekayaannya, status sosialnya, atau pencapaiannya, tetapi karena karakternya.

Menurut Stoikisme, ada empat kebajikan utama yang harus dimiliki seseorang untuk hidup dengan berbudi luhur:

Halaman Selanjutnya
img_title