Pengetahuan Adalah Kekuatan, Tetapi Hanya Jika Dipahami dengan Bijak: Pesan Mendalam dari "The Name of the Rose"

The Name of the Rose
Sumber :
  • Tangkapan layar

Novel "The Name of the Rose" karya Umberto Eco telah lama dikenal bukan hanya sebagai karya fiksi misteri abad pertengahan, tetapi juga sebagai karya sastra yang sarat dengan pemikiran filosofis dan kritik sosial. Salah satu kutipan paling menggugah dalam novel ini adalah "Pengetahuan adalah kekuatan, tetapi hanya jika dipahami dengan bijak." Kutipan ini menyiratkan sebuah pesan mendalam mengenai nilai, batasan, dan tanggung jawab dalam mengelola pengetahuan. Artikel ini akan mengupas secara mendalam makna dari kutipan tersebut, mengaitkannya dengan konteks novel, serta relevansinya dalam dunia modern, dengan berbagai data dan referensi yang dapat divalidasi.

“Orang Bijak Tidak Mengeluh atas Apa yang Tidak Dimilikinya, Tapi Bersyukur atas Apa yang Dimilikinya” – Epictetus

Jakarta, WISATA - Diterbitkan pada tahun 1980, The Name of the Rose membawa pembaca ke sebuah biara Benediktin di Italia pada tahun 1327. Novel ini mengisahkan penyelidikan misteri serangkaian pembunuhan yang terjadi di biara yang penuh dengan rahasia dan simbolisme. Melalui karakter utamanya, William dari Baskerville, Eco menggabungkan unsur-unsur logika, teologi, dan semiotika untuk mengungkap konflik antara dogma agama dan pencarian ilmu pengetahuan.

Dalam novel tersebut, pengetahuan—baik yang bersifat duniawi maupun spiritual—dianggap sebagai kekuatan yang mampu mengubah kehidupan manusia. Namun, Eco juga menyampaikan bahwa kekuatan tersebut hanya bermanfaat jika dipahami, diinterpretasikan, dan digunakan dengan bijak. Hal ini tercermin dalam dialog dan narasi yang mengajak pembaca untuk mempertanyakan sumber dan tujuan pengetahuan yang diperoleh, serta dampaknya terhadap individu dan masyarakat.

Socrates: Untuk Tahu, Berarti Tahu Bahwa Kamu Tidak Tahu. Itulah Makna Sejati dari Pengetahuan

Makna "Pengetahuan adalah Kekuatan" dalam Perspektif Eco

Kutipan "Pengetahuan adalah kekuatan" sering kali dianggap sebagai motivasi untuk terus belajar dan menggali informasi. Namun, Eco menambahkan bahwa kekuatan tersebut bersifat dua sisi. Dalam novel, William dari Baskerville adalah sosok yang melambangkan pendekatan rasional dan kritis terhadap pengetahuan. Ia tidak hanya mengumpulkan informasi, tetapi juga menganalisis, menguji, dan menginterpretasikan setiap fakta dengan seksama.

Seneca: Ketamakan Tidak Akan Pernah Puas, Bahkan Alam Semesta pun Terasa Kurang

Menurut Eco, pengetahuan yang dikumpulkan tanpa pemahaman yang mendalam dapat menjadi bumerang. Tanpa kebijaksanaan dalam mengolah informasi, pengetahuan bisa disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang merusak, seperti penindasan, manipulasi, atau penyebaran kebohongan. Dalam konteks abad pertengahan, gereja yang berkuasa sering kali menggunakan pengetahuan sebagai alat untuk mempertahankan otoritasnya dengan membatasi akses terhadap informasi dan menekan pemikiran kritis.

Data yang dihimpun dari berbagai jurnal ilmiah melalui Google Scholar menunjukkan bahwa tema tentang etika pengetahuan dan tanggung jawab intelektual terus menjadi topik hangat dalam studi filsafat dan ilmu komunikasi. Studi-studi tersebut menyoroti betapa pentingnya pengetahuan tidak hanya untuk kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga sebagai fondasi bagi perkembangan moral dan sosial.

Kekuatan dan Bahaya Pengetahuan dalam Sejarah

Dalam The Name of the Rose, Eco menggambarkan perpustakaan biara sebagai lambang kekuatan pengetahuan sekaligus sebagai sarang rahasia yang dikekang. Perpustakaan itu menyimpan berbagai manuskrip kuno yang mewakili kebijaksanaan umat manusia dari berbagai zaman. Namun, akses ke perpustakaan tersebut sangat terbatas, menunjukkan bahwa pengetahuan sering kali dijadikan alat kekuasaan oleh segelintir pihak.

Kisah-kisah sejarah tentang pembatasan pengetahuan, seperti pembakaran buku-buku yang dianggap sesat oleh gereja atau kekuasaan politik, membuktikan bahwa pengetahuan yang tidak dipahami dengan bijak dapat digunakan untuk mengontrol masyarakat. Contohnya, penindasan terhadap pemikiran ilmiah di masa Galileo Galilei dan Giordano Bruno menunjukkan bahwa kemajuan pengetahuan sering kali menghadapi perlawanan dari institusi yang merasa terancam oleh ide-ide baru.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh BBC Culture dan The Guardian, para sejarawan dan kritikus sastra menekankan bahwa pembatasan pengetahuan merupakan fenomena yang berulang sepanjang sejarah. Pengetahuan yang tidak dikelola dengan etika dan kebijaksanaan cenderung disalahgunakan, sehingga menimbulkan konflik dan penderitaan. Pesan Eco melalui kutipan tersebut adalah agar setiap individu yang memiliki akses ke pengetahuan harus memahami tanggung jawab yang menyertainya.

Relevansi Pesan Eco di Era Digital dan Globalisasi

Di era digital saat ini, informasi tersedia secara melimpah dan instan melalui internet. Namun, banyak informasi yang tersebar tidak selalu benar atau lengkap. Fenomena disinformasi dan berita palsu semakin marak di berbagai platform media sosial. Di sinilah relevansi pesan Eco semakin terasa: pengetahuan yang tersedia secara bebas tidak selalu membawa kekuatan positif, kecuali jika dipahami dan diolah dengan bijak.

Menurut data dari Statista, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media digital menunjukkan fluktuasi yang signifikan, terutama di kalangan generasi muda. Kesenjangan antara akses informasi yang luas dan kemampuan untuk memilah dan menafsirkan informasi tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam era globalisasi.

Pesan "Pengetahuan adalah kekuatan, tetapi hanya jika dipahami dengan bijak" mengingatkan kita bahwa literasi digital dan kemampuan berpikir kritis sangat penting. Pendidikan modern perlu menekankan keterampilan dalam menganalisis sumber informasi, memahami konteks, dan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah secara konstruktif. Program-program pendidikan di berbagai negara kini semakin mengintegrasikan modul literasi media dan etika digital sebagai respons terhadap tantangan informasi zaman modern.

Penerapan Pesan Eco dalam Kehidupan Sehari-hari

Pesan Umberto Eco juga memiliki implikasi praktis bagi kehidupan sehari-hari. Di lingkungan kerja, misalnya, kemampuan untuk memahami dan menerapkan pengetahuan dengan bijak menjadi kunci keberhasilan. Pemimpin dan profesional yang mampu menafsirkan data dan informasi secara kritis dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan bertanggung jawab.

Di dunia politik, pesan tersebut menjadi pengingat agar para pemimpin tidak hanya mengandalkan informasi yang mereka terima, tetapi juga melakukan verifikasi dan analisis mendalam sebelum mengambil kebijakan yang dapat mempengaruhi masyarakat luas. Dalam sebuah survei oleh Pew Research Center, ditemukan bahwa masyarakat yang memiliki tingkat literasi informasi yang tinggi cenderung lebih kritis terhadap berita dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Lebih jauh lagi, dalam kehidupan pribadi, pengetahuan yang dipahami dengan bijak memungkinkan individu untuk tumbuh secara intelektual dan emosional. Ini membantu seseorang untuk mengembangkan pandangan dunia yang luas, menghargai perbedaan, dan berkontribusi pada masyarakat secara positif. Pesan Eco mendorong kita untuk tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, melainkan juga menjadi pencari kebenaran yang aktif, yang terus menggali dan mempertanyakan apa yang telah diketahui.

Refleksi Filosofis: Kekuatan dan Tanggung Jawab dalam Menerima Pengetahuan

Secara filosofis, kutipan Eco mengandung ajakan untuk selalu mengedepankan sikap kritis dan reflektif. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan proses yang terus berkembang seiring dengan pengalaman dan interaksi manusia. Hal ini menuntut adanya kebijaksanaan untuk membedakan antara informasi yang berguna dan yang tidak.

Para filsuf seperti Michel Foucault dan Jürgen Habermas telah membahas bahwa pengetahuan berkaitan erat dengan kekuasaan. Dalam konteks ini, Eco menyampaikan bahwa kekuatan pengetahuan harus disertai dengan tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa pengetahuan tersebut digunakan demi kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan sempit kelompok tertentu.

Di dunia akademis, artikel-artikel dan jurnal yang diterbitkan oleh Google Scholar serta JSTOR seringkali mengkaji hubungan antara pengetahuan, kekuasaan, dan etika. Studi-studi tersebut menekankan pentingnya pemahaman mendalam terhadap data dan informasi sebelum diterapkan dalam kebijakan atau tindakan nyata. Eco, melalui novel dan pemikirannya, mengajak kita untuk selalu menyadari bahwa pengetahuan tanpa kebijaksanaan dapat menjadi alat yang merusak.

Peran Umberto Eco dalam Menginspirasi Generasi Penerus

Warisan intelektual Umberto Eco telah memberikan dampak yang signifikan bagi dunia sastra, filsafat, dan pendidikan. Karyanya tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi banyak orang untuk berpikir kritis. Pesan "Pengetahuan adalah kekuatan, tetapi hanya jika dipahami dengan bijak" telah menjadi mantra bagi para akademisi, pemimpin, dan individu yang haus akan kebenaran.

Berbagai seminar, workshop, dan diskusi panel di berbagai universitas di seluruh dunia masih sering mengangkat karya Eco sebagai bahan kajian utama. Forum-forum diskusi di platform seperti TED Talks dan YouTube memperlihatkan bagaimana pemikiran Eco terus relevan dan menginspirasi generasi baru dalam menghadapi tantangan informasi di era digital.

Mengubah Pengetahuan Menjadi Kekuatan Positif

Dalam dunia yang terus berubah dan dipenuhi oleh informasi yang berlimpah, pesan dari Umberto Eco melalui The Name of the Rose tetap menjadi relevan. "Pengetahuan adalah kekuatan, tetapi hanya jika dipahami dengan bijak" adalah panggilan untuk kita semua agar tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga pengolah yang cerdas.

Kita dituntut untuk selalu mengedepankan sikap kritis, reflektif, dan bertanggung jawab dalam menggunakan pengetahuan. Baik dalam konteks pribadi, profesional, maupun sosial, kebijaksanaan dalam mengolah pengetahuan akan menentukan sejauh mana kita dapat menciptakan perubahan positif bagi masyarakat.

Melalui pesan ini, Eco mengingatkan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga agar warisan pengetahuan tidak disalahgunakan, melainkan dijadikan pijakan untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Sebagai masyarakat global, kita harus terus mengedukasi diri, mengembangkan literasi informasi, dan menjaga integritas dalam menyebarkan kebenaran.

Dengan demikian, marilah kita jadikan kutipan ini sebagai pedoman: menjadikan setiap potongan pengetahuan yang kita terima sebagai sumber inspirasi dan kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih cerah dan beradab.