Apakah Kaum Sofis adalah Penjilat atau Pelopor Demokrasi? Debat Tak Berujung
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Di dunia filsafat, tak jarang terjadi perdebatan tentang siapa yang pantas dikenang dan dihargai, serta bagaimana pengaruhnya terhadap peradaban. Salah satu kelompok yang kerap menjadi bahan diskusi panjang adalah kaum Sofis, yang muncul di Yunani Kuno pada abad ke-5 SM. Dikenal sebagai penguasa seni berbicara, kaum Sofis sering dipandang dengan dua perspektif yang sangat berbeda. Di satu sisi, mereka dianggap sebagai penjilat atau bahkan manipulatif, sementara di sisi lain, mereka disebut-sebut sebagai pelopor awal demokrasi dan pemikiran kritis.
Apakah benar kaum Sofis lebih dekat dengan penjilat yang memanfaatkan retorika untuk kepentingan pribadi? Atau mereka adalah para pemikir yang berkontribusi dalam pembentukan prinsip-prinsip demokrasi yang kita kenal saat ini? Artikel ini akan mencoba menggali lebih dalam perdebatan tersebut dan mengeksplorasi pengaruh kaum Sofis terhadap sejarah pemikiran manusia.
Kaum Sofis: Siapa Mereka Sebenarnya?
Kaum Sofis terdiri dari sekelompok intelektual yang ahli dalam seni berbicara (retorika) dan mengajarkan berbagai pengetahuan, mulai dari politik, moral, hingga logika. Tokoh-tokoh terkenal seperti Protagoras, Gorgias, dan Hippias, masing-masing membawa pandangan yang berbeda mengenai kebenaran, moralitas, dan cara terbaik untuk hidup bersama di dalam masyarakat.
Protagoras dikenal dengan ungkapannya yang terkenal: "Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu." Pemikiran ini menggambarkan pandangan relativistik tentang kebenaran, di mana apa yang dianggap benar oleh satu orang belum tentu dianggap benar oleh orang lain. Di sisi lain, Gorgias, yang juga sangat terkenal, menganggap retorika sebagai seni yang sangat berkuasa untuk meyakinkan dan mempengaruhi orang lain, bahkan dalam hal-hal yang tidak sepenuhnya benar.
Mereka, para Sofis, mengajarkan keterampilan berbicara dan berdebat yang memungkinkan seseorang memenangkan argumen dengan alasan yang menarik dan logis, meskipun kebenarannya bisa dipertanyakan. Hal inilah yang sering mengundang kritik dari para filsuf seperti Socrates dan Plato, yang memandang kaum Sofis hanya mengutamakan teknik manipulasi demi keuntungan pribadi.
Kaum Sofis: Penjilat atau Manipulator?