Apakah Kaum Sofis adalah Penjilat atau Pelopor Demokrasi? Debat Tak Berujung
- Image Creator/Handoko
Bagi banyak orang, terutama mereka yang memegang teguh nilai-nilai moral dan kebenaran objektif, kaum Sofis sering dianggap sebagai penjilat. Mereka tidak berusaha mencari kebenaran, melainkan lebih fokus pada bagaimana cara memenangkan debat atau mendapatkan bayaran yang besar atas keterampilan mereka dalam meyakinkan audiens. Tak jarang, dalam sejarah, kaum Sofis dikritik karena dianggap tidak peduli pada etika atau moralitas dalam setiap argumen yang mereka bangun.
Sebagai contoh, Protagoras dengan pandangan relativisnya menyatakan bahwa setiap orang memiliki kebenarannya sendiri, yang dapat dengan mudah disalahgunakan untuk membenarkan berbagai tindakan tidak etis. Begitu pula dengan Gorgias yang memandang bahwa bahasa dan seni berbicara bisa digunakan untuk membentuk realitas, bahkan jika itu berarti mereduksi kebenaran demi tujuan pribadi.
Seiring berjalannya waktu, teknik-teknik yang diajarkan kaum Sofis tetap digunakan, tidak hanya dalam konteks filosofis tetapi juga dalam politik, bisnis, dan berbagai sektor kehidupan. Oleh karena itu, beberapa pihak melihat kaum Sofis sebagai pelopor manipulasi, yang membangun karir dan kekayaan dengan cara memanipulasi opini publik, bukannya berkontribusi pada pengetahuan yang lebih tinggi.
Pelopor Demokrasi?
Namun, di balik kritik tersebut, kaum Sofis juga memiliki kontribusi besar dalam perkembangan demokrasi dan pemikiran bebas. Mereka, dengan segala teknik debat dan argumentasi mereka, mengajarkan masyarakat Yunani untuk berpikir lebih kritis tentang politik dan etika. Kaum Sofis mengajarkan orang untuk mempertanyakan otoritas dan ideologi yang ada, untuk tidak menerima suatu gagasan begitu saja, tetapi untuk mengevaluasi dan mencari pembenaran secara logis.
Mereka berperan penting dalam menciptakan ruang publik di mana orang bebas berbicara dan berdiskusi. Tanpa kaum Sofis, mungkin tidak ada ruang untuk berbicara terbuka dalam pertemuan-pertemuan publik atau debat yang menjadi dasar dari banyak keputusan politik. Dalam hal ini, kaum Sofis, meskipun mungkin dianggap terlalu fokus pada teknik berbicara, sebenarnya memberi kontribusi bagi perkembangan demokrasi di dunia Barat.
Selain itu, dengan mengajarkan bahwa setiap orang dapat mencari kebenaran melalui diskusi dan argumentasi, kaum Sofis membuka pintu bagi lahirnya ide-ide baru dan pengembangan sistem pemerintahan yang lebih inklusif. Dalam masyarakat yang lebih demokratis, setiap individu diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka dan terlibat dalam diskusi tanpa rasa takut akan otoritas yang mutlak.