Kebijaksanaan Seneca: Kunci Kebahagiaan Ada pada Rasa Syukur, Bukan Keinginan Tanpa Akhir

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image creator Bing/ Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah dunia modern yang dipenuhi oleh gemerlap konsumerisme dan tekanan media sosial, banyak orang terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk memiliki lebih banyak. Namun, filsuf Romawi, Seneca, pernah berkata, "Kebahagiaan adalah menikmati apa yang Anda miliki, bukan menginginkan apa yang tidak Anda miliki." Sebuah kebijaksanaan yang terasa relevan, bahkan mendesak, dalam realitas kehidupan saat ini.

Mulai dari Pikiran: Kunci untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Anda

Kutipan ini menyoroti pentingnya rasa syukur dan kemampuan untuk menghargai apa yang sudah kita miliki, daripada terus-menerus mengejar hal-hal yang mungkin tidak pernah cukup untuk memenuhi ekspektasi kita. Artikel ini akan membahas makna mendalam dari filosofi Seneca, mengapa rasa syukur penting di era modern, dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Mengapa Konsumerisme Tidak Pernah Membawa Kebahagiaan?

10 Pelajaran Hidup yang Masih Relevan hingga Kini, Kisah Bijak dari Serat Centhini

Konsumerisme adalah gaya hidup yang mendorong individu untuk terus membeli dan memiliki lebih banyak. Menurut data dari Global Happiness Report 2023, meskipun pendapatan global meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, tingkat kebahagiaan masyarakat tidak menunjukkan peningkatan yang sebanding. Sebaliknya, tingkat stres, kecemasan, dan depresi justru meningkat.

Faktor utama dari fenomena ini adalah apa yang disebut sebagai hedonic treadmill atau treadmill hedonis. Konsep ini menjelaskan bahwa ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, kebahagiaan yang dirasakan hanya sementara. Setelah itu, mereka kembali merasa kurang dan mengejar hal baru, menciptakan siklus tanpa akhir.

Mengapa Tujuan Hidup Adalah Kompas Anda: Pelajaran Berharga dari Seneca

Media sosial juga memainkan peran besar dalam memperkuat keinginan ini. Foto-foto liburan mewah, mobil mahal, atau barang bermerek yang dibagikan di platform seperti Instagram dan TikTok sering kali membuat orang merasa tertinggal. Sebuah studi oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa 55% pengguna media sosial merasa tekanan untuk "menyamai" standar hidup yang ditampilkan di platform tersebut.

Kebijaksanaan Seneca: Kebahagiaan Dimulai dari Rasa Syukur

Halaman Selanjutnya
img_title