Ketakutan Lebih Besar di Pikiran: Pelajaran dari Kutipan Seneca untuk Mengatasi Kecemasan Modern

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan, kutipan Seneca yang berbunyi, “Kita sering lebih takut daripada terluka; dan kita menderita lebih dalam imajinasi daripada dalam kenyataan,” menjadi relevan untuk direnungkan. Sebagai seorang filsuf Stoik terkenal, Seneca memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana manusia sering kali menciptakan penderitaan mereka sendiri melalui ketakutan yang tidak berdasar.

Waktu Adalah Penyembuh: Pelajaran Kesabaran dari Seneca untuk Menghadapi Luka Kehidupan

Artikel ini akan membahas bagaimana kutipan tersebut mencerminkan kondisi mental manusia di era modern, khususnya dalam menghadapi kecemasan yang sering kali lebih besar dalam pikiran daripada dalam realitas. Dengan dukungan data terkini dan perspektif unik, mari kita pahami bagaimana nasihat Seneca dapat membantu kita menjalani hidup yang lebih tenang dan bermakna.

Seneca dan Pandangannya tentang Ketakutan

"Kebahagiaan Terletak pada Kebajikan": Pesan Ketiga Socrates yang Tetap Relevan di Era Modern

Lucius Annaeus Seneca adalah salah satu tokoh utama dalam Stoikisme, sebuah filosofi Yunani-Romawi yang berfokus pada pengendalian diri, kebajikan, dan penerimaan terhadap hal-hal di luar kendali manusia. Dalam banyak tulisannya, Seneca menekankan pentingnya mengendalikan emosi dan menghadapi hidup dengan pikiran yang jernih.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa ketakutan sering kali lebih bersifat imajinatif daripada faktual. Manusia cenderung membayangkan skenario terburuk, bahkan ketika kemungkinan terjadinya sangat kecil. Akibatnya, mereka mengalami penderitaan emosional yang sebenarnya tidak perlu.

Kebajikan Adalah Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati: Belajar dari Zeno

Ketakutan dan Kecemasan di Era Modern

Di era modern, ketakutan sering kali diperburuk oleh teknologi dan informasi yang berlimpah. Media sosial, berita 24 jam, dan tekanan sosial menciptakan lingkungan yang memicu kecemasan. Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada 2023, prevalensi gangguan kecemasan meningkat hampir 25% secara global sejak pandemi COVID-19.

Halaman Selanjutnya
img_title