Pelajaran dari Kaum Sofis: Seni Berbicara dan Retorika yang Bisa Memutarbalikan Fakta di Era Yunani Kuno
- Image Creator/Handoko
3. Ethos (kredibilitas): Membangun citra sebagai sosok yang dapat dipercaya dan dihormati.
Contoh penggunaan teknik ini dapat dilihat dalam pidato-pidato politik masa kini, di mana para pemimpin menggunakan kombinasi logos, pathos, dan ethos untuk memenangkan hati masyarakat.
Kontroversi yang Menyertai Kaum Sofis
Meski dihormati sebagai guru retorika, kaum sofis juga menghadapi kritik tajam, terutama dari filsuf seperti Socrates dan Plato. Mereka dianggap mengabaikan nilai-nilai moral demi kemenangan dalam debat.
Socrates, misalnya, percaya bahwa kaum sofis hanya mengajarkan cara “menang” tanpa peduli apakah argumen mereka benar atau tidak. Plato bahkan menggambarkan kaum sofis sebagai oportunis yang menjual ilmu mereka demi uang, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat. Dalam The Republic, Plato menyebut kaum sofis sebagai ancaman bagi keadilan, karena mereka cenderung memanipulasi kebenaran untuk keuntungan pribadi.
Relevansi Seni Berbicara Kaum Sofis di Era Modern
Seni berbicara yang diajarkan kaum sofis memiliki relevansi yang luar biasa di era modern. Dalam dunia politik, bisnis, dan media, retorika menjadi alat utama untuk memengaruhi opini publik.
Contoh nyata dapat dilihat dalam kampanye politik, di mana para kandidat sering kali menggunakan teknik retorika untuk menarik perhatian pemilih. Bahkan di media sosial, “influencer” modern sering menggunakan retorika untuk membangun citra mereka dan mempromosikan produk atau ide.
Namun, seperti pada zaman Yunani Kuno, seni berbicara juga menghadapi tantangan etika. Dalam era informasi yang penuh dengan disinformasi dan propaganda, penting untuk membedakan antara retorika yang digunakan untuk tujuan baik dan manipulasi yang merugikan.