Eudaimonia: Mengungkap Formula Kebahagiaan Sejati Menurut Aristoteles
- Handoko/Istimewa
Aristoteles berpendapat bahwa seseorang hanya dapat mencapai kebahagiaan sejati ketika ia mampu berkontribusi kepada orang lain dan terlibat dalam kehidupan sosial. Ini berarti menjalani kehidupan yang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membangun kesejahteraan bersama. Dalam pandangannya, kebahagiaan pribadi dan kebahagiaan kolektif saling terkait erat.
Dengan kata lain, Aristoteles menyadari bahwa hidup dalam keterasingan atau isolasi tidak akan pernah membawa kebahagiaan yang sebenarnya. Manusia membutuhkan hubungan sosial yang kuat, baik dalam bentuk persahabatan, keluarga, maupun masyarakat, untuk bisa berkembang secara penuh dan mencapai Eudaimonia.
Eudaimonia: Perjalanan Seumur Hidup
Salah satu hal terpenting dalam konsep Eudaimonia adalah bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tujuan yang dapat dicapai dalam waktu singkat atau melalui usaha yang instan. Aristoteles percaya bahwa Eudaimonia adalah perjalanan seumur hidup. Proses ini mencakup pengembangan diri secara berkelanjutan, pencapaian kebajikan, dan kehidupan yang bermoral.
Dalam perjalanan menuju Eudaimonia, manusia harus terus belajar dari kesalahan dan bertumbuh melalui pengalaman. Setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi versi diri yang lebih baik, serta untuk membuat pilihan yang lebih bijaksana dan moral. Eudaimonia tidak datang dari keberuntungan atau kebetulan, melainkan dari usaha sadar untuk hidup sesuai dengan kebajikan dan kebaikan.
Relevansi Eudaimonia di Dunia Modern
Konsep Eudaimonia dari Aristoteles tetap relevan dalam kehidupan modern saat ini. Di tengah gaya hidup yang serba cepat dan tekanan untuk mencapai kesuksesan materi, banyak orang sering merasa kehilangan makna dalam hidup mereka. Pencapaian material sering kali dianggap sebagai ukuran kebahagiaan, tetapi seperti yang diajarkan oleh Aristoteles, kebahagiaan sejati jauh lebih kompleks daripada sekadar memiliki kekayaan atau kekuasaan.