Mengejutkan! Seribu Tahun Lalu, Al-Biruni Telah Mengukur Keliling Bumi Hampir Tanpa Cela

Abu Rayhan Al- Biruni
Sumber :
  • Cuplikan Layar Youtube Rumah Editor

Malang, WISATA — Jauh sebelum era satelit dan kalkulator digital, seorang ilmuwan Muslim dari abad ke-11 telah berhasil mengukur keliling Bumi dengan presisi yang mencengangkan. Namanya adalah Abu Rayhan Al-Biruni, cendekiawan brilian dari masa keemasan Islam. Melalui metode ilmiah yang luar biasa cermat dan hanya berbekal pengamatan dari satu titik, ia memperkirakan keliling Bumi nyaris sempurna—hanya selisih kurang dari satu persen dibandingkan pengukuran modern saat ini.

Al-Biruni: Ilmuwan Jenius dari Peradaban Islam yang Mendahului Zaman

Kisah ini kembali mencuat berkat video terbaru dari kanal Rumah Editor di YouTube, yang mengulas secara menarik dan sederhana tentang kontribusi Al-Biruni dalam memahami bentuk dan ukuran planet kita. Video ini juga membongkar sejumlah kesalahpahaman publik yang selama ini banyak beredar tentang sejarah peta dan bentuk Bumi.

Peta Bumi Datar? Salah Kaprah yang Sering Terjadi

10 Kutipan Terbaik Avicenna (Ibnu Sina): Inspirasi dan Pemikiran Filsuf Islam yang Mengubah Dunia

Video dimulai dengan membahas sebuah peta yang kerap dikaitkan dengan Al-Biruni—peta tersebut oleh sebagian orang sering dianggap sebagai bukti bahwa ilmuwan zaman dahulu percaya Bumi itu datar. Padahal, peta tersebut sebenarnya menggunakan proyeksi Azimuthal Equidistant—metode pemetaan modern yang memproyeksikan bentuk bola ke permukaan datar.

Jenis proyeksi ini memang menyajikan peta dua dimensi dari Bumi berbentuk bola, dan biasa digunakan untuk navigasi serta oleh operator sinyal radio karena keakuratan jaraknya dari titik pusat. Namun, karena sifat proyeksi ini, wilayah di pinggiran peta, seperti Antartika, tampak sangat besar—dan inilah yang sering disalahartikan.

Membongkar Warisan Pythagoras: Teorema, Filsafat, dan Pengaruhnya dalam Sejarah Sains

Faktanya, logo resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menggunakan jenis proyeksi peta ini. Dokumen resmi tahun 1946 menyatakan bahwa peta tersebut menggunakan proyeksi Azimuthal Equidistant, bukan sebagai bentuk peta Bumi datar, tetapi sebagai alat visual untuk keperluan organisasi global.

Sudah Tahu Sejak Dulu: Bumi Itu Bulat

Halaman Selanjutnya
img_title