Alexander Agung: Jenderal Tak Terkalahkan atau Tiran Berdarah Dingin?
- Handoko/Istimewa
Jakarta, WISATA - Nama Alexander Agung selalu menjadi bahan perdebatan dalam sejarah. Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin militer terbesar sepanjang masa, tetapi juga dipandang sebagai sosok yang ambisius, bahkan kejam. Dalam usianya yang masih muda, ia berhasil menaklukkan hampir seluruh dunia yang dikenal pada saat itu, dari Yunani hingga India. Namun, apakah Alexander benar-benar seorang jenderal jenius yang tak terkalahkan, ataukah ia seorang tiran berdarah dingin yang menghancurkan peradaban demi ambisinya sendiri?
Kemenangan Militer yang Tak Tertandingi
Alexander Agung, lahir pada tahun 356 SM, adalah putra Raja Philip II dari Makedonia. Sejak kecil, ia dilatih oleh para pendidik terbaik, termasuk filsuf terkenal Aristoteles. Kepemimpinannya pertama kali diuji saat ia naik takhta pada usia 20 tahun setelah ayahnya dibunuh. Dalam waktu singkat, Alexander berhasil menumpas pemberontakan di Yunani dan mempersiapkan kampanye militer besar-besaran melawan Kekaisaran Persia.
Salah satu pertempuran paling terkenal adalah Pertempuran Gaugamela pada tahun 331 SM, di mana Alexander memimpin pasukannya yang lebih kecil untuk mengalahkan pasukan Persia yang jauh lebih besar. Kemenangan ini membuka jalan bagi Alexander untuk menguasai seluruh Kekaisaran Persia. Ini adalah bukti kejeniusannya dalam strategi militer, yang sering dianggap sebagai taktik revolusioner pada masanya.
Ambisi yang Menghancurkan Peradaban
Namun, di balik kemenangan militernya, terdapat sisi gelap dari kepemimpinan Alexander. Di beberapa wilayah yang ia taklukkan, Alexander dikenal melakukan kekejaman terhadap penduduk lokal. Misalnya, setelah pengepungan kota Tirus pada tahun 332 SM, Alexander memerintahkan eksekusi massal dan memperbudak ribuan warga kota. Tindakan ini menunjukkan sisi tirani yang bersembunyi di balik wajah pemimpin yang brilian.
Selain itu, ambisi Alexander tampaknya tidak mengenal batas. Ia terus mendorong pasukannya semakin jauh ke timur, hingga akhirnya mencapai wilayah India. Perang di India sangat brutal, dan Alexander tidak ragu untuk menggunakan kekuatan militer yang besar untuk menaklukkan musuh-musuhnya, meskipun harus mengorbankan banyak nyawa prajuritnya sendiri.