Julius Caesar: Dari Jenderal hingga Diktator, Warisan yang Mengubah Sejarah Romawi
- Image Creator Bing/Handoko
Kembalinya ke Roma dan Pertikaian Politik
Setelah menyelesaikan penaklukannya di Galia, Caesar kembali ke Roma dengan tentara yang loyal dan dukungan rakyat. Namun, kepulangannya membawa ketegangan baru. Bersama dengan Pompey dan Crassus, mereka membentuk aliansi yang dikenal sebagai "Triumvirat Pertama," untuk memperkuat kekuasaan mereka. Namun, aliansi ini tidak bertahan lama, dan perselisihan mulai muncul antara Caesar dan Pompey.
Pada tahun 49 SM, konflik memuncak ketika Senat memerintahkan Caesar untuk meninggalkan jabatannya dan kembali ke Roma tanpa tentara. Menolak untuk dipaksa, Caesar menyeberangi Sungai Rubicon, sebuah tindakan yang menjadi simbol tantangan terhadap kekuasaan Senat. "Alea iacta est," atau "Dadu telah dilempar," menjadi kata-kata terkenalnya yang menandakan keputusan berani yang diambilnya.
Perang Saudara dan Kenaikan Kekuasaan
Keputusan Caesar untuk menyeberangi Rubicon memicu perang saudara. Pertarungan antara pasukannya dan pasukan Pompey menjadi titik balik dalam sejarah Romawi. Setelah serangkaian kemenangan, termasuk Pertempuran Pharsalus pada tahun 48 SM, Caesar berhasil mengalahkan Pompey dan menjadi penguasa de facto Roma.
Setelah mengalahkan Pompey, Caesar kembali ke Roma dan mengambil langkah-langkah yang berani untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya. Ia diangkat sebagai diktator dengan kekuasaan penuh, memberikan dirinya kebebasan untuk melakukan reformasi yang diperlukan. Kebijakan-kebijakan seperti pengurangan utang, distribusi tanah kepada veteran, dan penyesuaian kalender Romawi (pengenalan kalender Julian) menunjukkan komitmennya untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
Kebijakan dan Reformasi Caesar