Menggali Makna Kebijaksanaan Socrates yang Dikecam Banyak Orang

Socrates dan Plato
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Socrates adalah salah satu filsuf terbesar yang pernah ada, tetapi ia juga menjadi sosok yang penuh kontroversi di masanya. Ucapannya yang terkenal, “Saya hanya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa,” sering dianggap sebagai kebodohan oleh sebagian orang, terutama di Athena, tempat di mana pengetahuan dan kebijaksanaan dianggap sebagai puncak kehormatan. Pernyataan ini memicu kritik dari banyak kalangan, termasuk para pemimpin dan intelektual yang merasa bahwa sikap Socrates merendahkan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi.

Dari Aristoteles ke Ibnu Sina: Mengapa Filsafat Masih Penting di Zaman Modern?

Namun, bagi Socrates, mengakui ketidaktahuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kebijaksanaan sejati. Artikel ini akan menggali lebih dalam makna di balik pernyataan tersebut dan mengapa kebijaksanaan Socrates, yang dikecam oleh banyak orang pada masanya, tetap relevan dan dihargai hingga kini.

Socrates: Sosok Filsuf yang Kontroversial

Mengapa Stoicisme Zeno dari Citium Masih Jadi Panduan Hidup di Era Modern?

Socrates hidup di Athena pada abad ke-5 SM, masa di mana kota ini menjadi pusat intelektual dan politik dunia Yunani. Sebagai seorang filsuf, ia tidak pernah menulis karyanya sendiri, tetapi ajarannya banyak didokumentasikan oleh murid-muridnya, terutama Plato. Berbeda dengan para sofis yang mengajarkan keterampilan berdebat dan mengklaim diri sebagai bijak, Socrates justru menghabiskan hidupnya untuk mempertanyakan segala sesuatu, termasuk konsep kebijaksanaan itu sendiri.

Pernyataannya “Saya hanya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa” mencerminkan pendekatan Socrates terhadap pengetahuan. Bagi Socrates, kebijaksanaan sejati dimulai ketika seseorang menyadari keterbatasan pengetahuannya. Hal ini bertentangan dengan sikap umum pada masanya, di mana banyak orang percaya bahwa mereka memiliki jawaban untuk segala sesuatu.

Dari Socrates ke Aristoteles: Perjalanan Menuju Puncak Filsafat Dunia

Makna Kebijaksanaan Menurut Socrates: Ketidaktahuan sebagai Awal Pencarian

Socrates tidak menganggap ketidaktahuan sebagai kebodohan, tetapi sebagai langkah pertama menuju kebijaksanaan. Dengan mengakui ketidaktahuan, seseorang membuka diri untuk belajar dan mencari kebenaran. Socrates sering menggunakan metode dialektika, atau yang dikenal sebagai Metode Socratic, yang melibatkan pertanyaan-pertanyaan mendasar untuk menggali kebenaran dari lawan bicaranya.

Melalui dialog ini, Socrates bukan mencari jawaban yang pasti, melainkan mendorong orang untuk berpikir lebih dalam dan kritis terhadap keyakinan mereka sendiri. Sikap ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai pengetahuan mungkin saja didasarkan pada asumsi yang salah. Bagi Socrates, mengakui bahwa kita tidak tahu adalah langkah penting untuk keluar dari ilusi pengetahuan palsu.

Mengapa Banyak Orang Menolak Kebijaksanaan Socrates?

Sikap Socrates yang merendahkan diri dan mengakui ketidaktahuan dianggap sebagai ancaman oleh banyak orang di Athena. Para pemimpin, pengajar, dan orang-orang yang merasa diri mereka bijak sering kali merasa terganggu oleh pendekatan Socrates yang mempertanyakan segalanya. Di satu sisi, Socrates dianggap sebagai pengganggu yang merusak tatanan sosial karena berani menantang kebijaksanaan umum yang telah lama dipegang oleh masyarakat.

Bahkan dalam pengadilannya, Socrates dituduh merusak akhlak pemuda dan tidak menghormati dewa-dewa yang dianut oleh negara kota Athena. Tuduhan ini berakar pada ketidakpuasan publik terhadap kritik Socrates terhadap segala bentuk otoritas, termasuk demokrasi itu sendiri. Ia menilai bahwa pemerintahan yang dijalankan oleh orang-orang yang tidak bijak hanya akan membawa kehancuran.

Sikap Merendahkan Diri Socrates: Antara Kebijaksanaan dan Penghinaan

Bagi Socrates, pernyataan tentang ketidaktahuan bukan sekadar ungkapan rendah hati, tetapi juga kritik terhadap kesombongan intelektual. Banyak orang percaya bahwa mereka tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka ketahui, dan ini dianggap Socrates sebagai sumber dari banyak kesalahan. Dalam pandangan Socrates, mereka yang mengklaim pengetahuan tanpa dasar adalah yang paling bodoh, karena mereka menutup diri dari kemungkinan untuk belajar lebih lanjut.

Sikap ini mungkin tampak menghina bagi sebagian orang, terutama mereka yang merasa dirinya bijak. Namun, Socrates tidak bermaksud untuk merendahkan orang lain, melainkan untuk mendorong mereka agar lebih reflektif dan terbuka terhadap pencarian pengetahuan sejati. Menurut Socrates, kebijaksanaan tidak datang dari memiliki semua jawaban, melainkan dari kemauan untuk terus bertanya dan belajar.

Kebijaksanaan Socrates dalam Konteks Modern: Relevansi di Zaman Informasi

Di era digital saat ini, di mana informasi mengalir begitu cepat dan setiap orang dapat mengakses pengetahuan dengan mudah, kebijaksanaan Socrates semakin relevan. Terlalu sering kita melihat bagaimana informasi diperlakukan sebagai kebenaran mutlak tanpa diverifikasi. Sikap kritis Socrates mengingatkan kita bahwa pengetahuan sejati tidak hanya tentang memiliki informasi, tetapi juga tentang memahami dan mempertanyakan informasi tersebut.

Ungkapan Socrates, “Saya hanya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa,” menjadi pengingat penting bahwa kita harus tetap rendah hati dalam menghadapi pengetahuan. Alih-alih merasa puas dengan apa yang kita ketahui, kita harus terus mencari, bertanya, dan membuka diri terhadap perspektif lain.

Pelajaran dari Socrates: Keberanian untuk Mengakui Ketidaktahuan

Socrates mengajarkan kita bahwa kebijaksanaan sejati dimulai dari kesadaran akan keterbatasan diri. Dalam dunia yang penuh dengan klaim dan opini, kita perlu memiliki keberanian untuk mengakui bahwa tidak semua hal dapat kita pahami sepenuhnya. Dengan sikap ini, kita tidak hanya menjadi lebih bijak, tetapi juga lebih manusiawi, karena kita selalu berada dalam proses pencarian yang terus berkembang.

Kebijaksanaan Socrates bukanlah tentang menemukan jawaban yang benar, tetapi tentang memiliki keberanian untuk bertanya dan tidak takut mengakui apa yang tidak kita ketahui. Di balik pengakuan yang tampak sederhana itu, Socrates mengajarkan kita nilai penting dari ketulusan, kejujuran intelektual, dan keinginan untuk selalu belajar.