Dari Guru ke Murid: Sejauh Mana Socrates Mempengaruhi Pemikiran Plato?

Socrates, Plato dan Aristoteles
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam sejarah filsafat, tidak ada hubungan yang lebih menarik dan penuh pengaruh selain hubungan antara Socrates dan Plato. Socrates, seorang filsuf yang dikenal karena metode tanya jawabnya yang provokatif, tidak pernah menulis satu kata pun tentang ajarannya. Namun, gagasannya tetap hidup melalui tulisan-tulisan muridnya, Plato, yang menjadi salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah Barat. Artikel ini akan menggali sejauh mana pengaruh Socrates terhadap Plato dan bagaimana pemikiran sang guru membentuk dan mengembangkan ide-ide filosofis Plato.

Seni Menghadapi Stres: Bagaimana Filsafat Stoik Membantu Mengendalikan Emosi

Socrates: Guru yang Menginspirasi

Socrates (470-399 SM) adalah seorang filsuf yang berbeda dari pendahulunya. Alih-alih menulis atau mengajar secara formal, Socrates memilih untuk berdiskusi di pasar-pasar dan alun-alun kota Athena. Metode tanya jawab Socrates, yang kini dikenal sebagai "metode Socratic," berfokus pada mengajukan pertanyaan yang memancing orang untuk berpikir kritis dan menguji keyakinan mereka sendiri. Socrates tidak menawarkan jawaban pasti, melainkan mendorong orang lain untuk mencari kebenaran melalui dialog dan refleksi.

Mengapa Stoikisme Penting? Cara Ampuh Menaklukkan Emosi Negatif

Plato, yang lahir sekitar 428-348 SM, adalah salah satu murid Socrates yang paling bersemangat. Hubungan mereka tidak hanya sekadar guru dan murid; bagi Plato, Socrates adalah mentor, pemandu spiritual, dan sumber inspirasi intelektual yang mendalam. Setelah kematian Socrates, Plato berjanji untuk menjaga ajaran gurunya tetap hidup melalui tulisan-tulisannya.

Pengaruh Socrates pada Karya-Karya Awal Plato

Mengendalikan Amarah ala Marcus Aurelius: Cara Stoik untuk Menenangkan Diri

Karya-karya awal Plato sering kali disebut sebagai "dialog-dialog Socrates," karena hampir seluruhnya menampilkan Socrates sebagai tokoh utama. Dalam dialog-dialog ini, Plato tidak hanya menggambarkan Socrates sebagai seorang filsuf yang gigih mempertanyakan segala hal, tetapi juga sebagai sosok yang menolak klaim-klaim palsu tentang pengetahuan dan kebajikan. Misalnya, dalam "Euthyphro," Socrates mempertanyakan definisi kesalehan; dalam "Apologia," ia membela dirinya terhadap tuduhan korupsi dan ateisme dengan menunjukkan kebodohan orang-orang yang menuduhnya.

Dalam dialog-dialog ini, Plato seolah-olah berbicara melalui Socrates, menggunakan metode Socratic untuk mengeksplorasi berbagai konsep seperti keadilan, kebenaran, dan kebajikan. Ini menunjukkan bahwa Socrates memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir dan metode penyelidikan filosofis Plato. Pada titik ini, Plato belum sepenuhnya mengembangkan gagasannya sendiri, tetapi lebih berfungsi sebagai pewaris dan penyebar ajaran Socrates.

Halaman Selanjutnya
img_title