Dari Socrates ke Sekolah Modern: Bagaimana Metode Socratic Mengubah Cara Kita Berpikir

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Metode Socratic telah dikenal sebagai salah satu pendekatan paling berpengaruh dalam dunia filsafat dan pendidikan. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Socrates, seorang filsuf Yunani kuno yang dikenal karena pendekatannya yang unik dalam mencari kebenaran melalui dialog dan pertanyaan kritis. Metode Socratic kini telah menjadi bagian integral dari pendidikan modern, membentuk cara kita berpikir, belajar, dan memahami dunia di sekitar kita. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana metode Socratic memengaruhi cara berpikir kita dan bagaimana metode ini diterapkan dalam sistem pendidikan saat ini.

Warisan Socrates: Bagaimana Pemikirannya Menginspirasi Plato dan Aristoteles?

Siapa Socrates?

Socrates adalah salah satu tokoh paling penting dalam sejarah filsafat Barat. Hidup sekitar tahun 469-399 SM di Athena, Yunani, Socrates dikenal karena pendekatannya yang tidak konvensional terhadap filsafat. Alih-alih mengajar melalui ceramah panjang, ia lebih memilih metode dialog interaktif, di mana ia akan mengajukan serangkaian pertanyaan yang menantang keyakinan dan asumsi orang lain. Dengan cara ini, Socrates berusaha untuk membimbing murid-muridnya menuju pemahaman yang lebih mendalam dan mendasar tentang kebenaran.

Dari Socrates ke Aristoteles: Rantai Pemikiran yang Membentuk Peradaban Barat

Socrates tidak meninggalkan tulisan apapun, tetapi ajarannya terdokumentasi oleh murid-muridnya, terutama Plato. Salah satu warisan terbesarnya adalah Metode Socratic, yang sering kali melibatkan diskusi panjang yang diarahkan oleh pertanyaan-pertanyaan mendalam dan reflektif.

Apa Itu Metode Socratic?

Kebenaran di Ujung Racun: Bagaimana Socrates Membela Kebebasan Berpikir Hingga Akhir Hayatnya

Metode Socratic adalah teknik dialog yang bertujuan untuk merangsang pemikiran kritis melalui pertanyaan yang menantang asumsi dan pemahaman yang sudah ada. Proses ini melibatkan interaksi antara guru dan murid di mana guru tidak memberikan jawaban langsung, tetapi justru mendorong murid untuk menemukan jawaban sendiri melalui serangkaian pertanyaan yang menggali lebih dalam.

Misalnya, alih-alih memberi tahu seseorang apa itu keadilan, Socrates akan mengajukan pertanyaan seperti, “Apa itu keadilan?” “Apakah keadilan sama untuk semua orang?” atau “Bagaimana kita bisa tahu jika sesuatu itu adil?” Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya mendorong pemikiran yang lebih mendalam, tetapi juga memaksa murid untuk mempertanyakan pemahaman mereka sendiri dan mengevaluasi argumen dari berbagai sudut pandang.

Halaman Selanjutnya
img_title