UGM: Sangat Menginspirasi, Ini Kisah Anak Penjual Telur Keliling, Bisa Lolos Kuliah di UGM
- ugm.ac.id
Nengah mengaku bersyukur, dengan berjualan telur bisa menghidupi keluarganya.
Selain dari penghasilan dari berjualan telur, keluarga ini juga mengandalkan dari pekerjaan sang ibu yang menjadi perajin tenun kain gringsing.
Satu kain bisa dikerjakan selama 1 hingga 1,5 bulan, tergantung dari ukuran kain yang dipesan.
“Untuk satu kain, saya dapat 600 ribu rupiah,” kata Ni Luh.
Penghasilan dari berjualan telur dan menjadi perajin tenun, bagi Ni Luh sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dan membayar kontrakan.
Karena itu, tidak terbesit dibenaknya untuk menguliahkan Wayan ke universitas.
Yang terpikirkan olehnya adalah, besarnya biaya yang harus mereka keluarkan nantinya.
Sementara dari penghasilan keduanya, tidak mencukupi.
“Wayan sempat ngomong mau kuliah. Sempat pula saya larang karena terbentur biaya. Dia bilang maunya nyoba lewat jalur KIP-K. Saya bilang, ya coba saja dulu,” katanya.
Ni Luh menuturkan, tidak hanya ingin kuliah namun juga menyampaikan keinginan melanjutkan kuliah ke UGM.