UGM: Sangat Menginspirasi, Ini Kisah Anak Penjual Telur Keliling, Bisa Lolos Kuliah di UGM
- ugm.ac.id
Saat pertama berjualan telur, Nengah mengaku ia dan istrinya mencoba berjualan telur ayam di pinggir jalan dengan mengambil beberapa karpet telur.
“Waktu itu ada bule lewat, beli lima tapi dia bayar Rp 50 ribu. Saya jadi semangat untuk berjualan ,” kenangnya.
Saat diawal berjualan telur, ia harus membeli seluruh telur kepada pemilik kandang agar bisa dijual.
Karena belum punya modal yang cukup, ia hanya membeli beberapa karpet telur saja untuk dijual.
Setelah tiga bulan berjualan, ia pernah membawa sekitar 20 karpet, namun tiba-tiba motornya jatuh dan 10 karpet telur rusak dan separuh telur pecah, sehingga tidak bisa dijual.
Nengah mengaku sedih dan sempat menyampaikan keinginan kepada istrinya untuk berhenti berjualan lagi.
“Saya sempat bilang mau berhenti. Istri kasih semangat, karena tidak ada kerjaan lain,” ujarnya.
Namun setelah 2-3 tahun bermitra, kini Nengah bisa mengambil telur hingga 15 – 25 karpet sekaligus dengan memberi uang muka sebesar separuh dari seluruh jumlah karpet telur yang diambil.
“Jika ada yang pecah, kita bawa pulang digoreng,” katanya.