Sastra sebagai Senjata: Bagaimana Kata-Kata Membongkar Ketidakadilan Sosial
- Cuplikan layar
Sastra di Era Digital: Perlawanan yang Terus Hidup
Kini, dengan kehadiran media sosial dan platform digital, suara-suara perlawanan melalui sastra tidak lagi dibatasi oleh penerbit atau media arus utama. Banyak penulis muda Indonesia menggunakan blog, zine, dan Instagram sebagai panggung untuk menyuarakan keresahan sosial.
Puisi pendek, prosa mini, hingga esai reflektif tentang ketidakadilan kini menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan cara ini, sastra kembali menjadi senjata perlawanan yang relevan di era modern.
Sastra dan Empati Sosial
Yang membuat sastra begitu efektif dalam membongkar ketidakadilan adalah kemampuannya menumbuhkan empati. Ketika pembaca tenggelam dalam kisah seorang anak miskin yang ditolak sekolah, seorang buruh yang dieksploitasi, atau seorang perempuan yang ditindas karena gendernya, maka pada saat itu kesadaran sosial terbentuk.
Sastra mengajak kita untuk “melihat” dengan hati, bukan hanya dengan data. Dan dalam dunia yang semakin dingin dan transaksional, empati adalah langkah pertama menuju perubahan sosial yang nyata.
Kata-Kata Adalah Tindakan