INFO HAJI 2024: Kisah Subianto, Asal Embarkasi Banjarmasin, Jemaah Prioritas Lansia
- kemenag.go.id
Madinah, WISATA – Impian untuk menunaikan rukun Islam kelima, ibadah haji, adalah dambaan semua umat muslim.
Begitu pula yang terjadi pada Ahmad Subianto berusia 82 tahun.
Keinginan itu sudah ada sejak lama.
Pria kelahiran Purbalingga tahun 1942 ini, terus berjuang keras mengais rezeki dengan berjualan buah pisang keliling Kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah untuk mewujudkan impiannya itu.
“Saya jualan pisang sejak tahun 1986-an. Waktu itu masih muda, jadi masih kuat keliling Kota Pangkalan Bun menggunakan sepeda ontel untuk berjualan pisang. Kalau sekarang ya sudah tidak mampu,” ucapnya sambil tersenyum di Madinah, Kamis (23/5/2024).
Subianto pun mengisahkan, awalnya ia bersama istri, Sumbiyah yang berumur 74 tahun, menggarap lahan pemberian pemerintah dari program transmigrasi.
Hasil kebun dan ladang itu mereka jual sendiri ke pasar di Kota Pangkalan Bun.
“Awalnya tidak hanya jualan pisang, tapi ada juga sayur-sayuran. Namun karena kebanyakan pelanggan minta pisang, akhirnya saya fokus jualan pisang,” ucapnya.
Hasil berjualan pisang keliling Pangkalan Bun memang tak seberapa.
Namun ia bersama istri rutin menyisihkan sedikit demi sedikit untuk ditabung.
Harapnya, setelah banyak akan ia gunakan untuk mendaftar ibadah haji bersama.
Namun keinginannya berhaji ia urungkan, setelah anak bungsunya menyelesaikan pendidikan SMA.
Ia berprinsip, pendidikan anak jauh lebih penting ketimbang impiannya untuk berhaji.
Karena itu, pada tahun 1999, ia memutuskan menggunakan tabungannya untuk membiayai anak bungsunya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang ada di Palangkaraya.
“Waktu itu sekitar tahun 1999, tabungannya ya lumayan. Tapi karena si bungsu mau, saat kami tawari untuk kuliah, ya kami tunda daftar hajinya. Kami gunakan uang tabungan itu untuk membiayai kuliahnya saja,” ucapnya.
Sembari membiayai anak bungsunya kuliah, Subiyanto bersama istri mengaku tetap berusaha menyisihkan sedikit demi sedikit rezekinya untuk ditabung sehingga bisa mewujudkan impiannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
Sekitar tahun 2004, anak bungsunya berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan bekerja di salah satu perusahaan swasta di Palangka Raya.
Pada tahun 2008, anaknya berhasil lulus mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di salah satu instansi vertikal, sehingga dua dari empat anaknya berhasil menyandang status sebagai abdi negara.
“Alhamdulillah, sekitar awal 2018, saya bersama istri sudah menunaikan ibadah umrah. Anak saya yang pertama yang membantu membiayainya. Kemudian sepulang umrah, anak bungsu saya juga mendaftarkan saya dan istri untuk ibadah haji,” ucapnya.
Setelah menunggu sekitar enam tahun, akhirnya Ahmad Subiyanto masuk dalam daftar prioritas jamaah haji lanjut usia (lansia) yang berhak melakukan pelunasan tahap pertama di tahun 2024.
Kemudian pada pelunasan tahap kedua, sang istri masuk dalam daftar jamaah yang berhak melunasi Bipih 2024.
Subiyanto yang tergabung dalam Kloter 5 Embarkasi Banjarmasin ini, mengaku sangat puas dengan layanan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun Kementerian Agama.
Dia merasa para petugas betul-betul memperhatikan jemaah lansia sejak dari keberangkatan di kabupaten hingga tiba di tanah auci.
“Kami dilayani dengan sangat baik di embarkasi. Kami disuguhi makanan yang ramah lansia, pengurusan dokumen kami juga diprioritaskan. Begitu juga saat di Madinah ini, kami juga disediakan makanan yang khusus lansia. Terima kasih sekali kami dilayani dengan baik. Semoga ibadah haji tahun ini lancar dan sukses,” ucap Subiyanto seraya meminta doa agar ia dan istri terus diberi kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menunikan ibadah haji serta kembali ke tanah air dengan predikat haji yang mabrur.
(Sumber: kemenag.go.id)