AI Seperti Pisau dan Api: Cerdas atau Bahaya, Semua Tergantung Cara Kita Menggunakannya!
- Pexels
Jakarta, WISATA – Di tengah gelombang revolusi digital, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin akrab di kehidupan sehari-hari. Mulai dari menjawab soal sekolah, membuat konten media sosial, hingga membantu dokter mendiagnosis penyakit—AI seolah menjadi ‘penolong pintar’ manusia modern.
Namun, sebuah pertanyaan besar muncul:
Apakah AI benar-benar membuat kita lebih cerdas? Atau diam-diam membuat kita semakin malas berpikir?
Jawabannya tidak hitam atau putih. Seperti pisau dan api, AI adalah alat. Dan seperti semua alat dalam sejarah manusia, AI bisa menjadi kawan atau musuh, tergantung siapa yang menggunakannya dan untuk tujuan apa.
AI Seperti Pisau: Menolong atau Melukai?
Bayangkan sebuah pisau dapur.
Di tangan koki, ia bisa menciptakan masakan lezat yang menyenangkan banyak orang. Tapi di tangan kriminal, pisau bisa menjadi senjata yang menghilangkan nyawa.
Demikian juga dengan AI seperti ChatGPT.
- Jika digunakan untuk menganalisis data, memantik ide, melatih logika, AI adalah alat produktif yang memperkuat kecerdasan manusia.
- Tapi jika digunakan untuk menyontek, menyebar hoaks, atau menghindari proses berpikir, AI bisa menjadi alat pelemah moral dan akal sehat.