Dian Siswarini CEO XL Axiata Mengungkap Kekhawatiran Terhadap Starlink Elon Musk

Starlink (ilustrasi)
Sumber :
  • https://www.starlink.com/roam

Jakarta, WISATA - Dian Siswarini, CEO XL Axiata (EXCL), menyampaikan keprihatinannya terhadap masa depan industri telekomunikasi Indonesia, khususnya jika satelit orbit bumi rendah (Low Earth Orbit/LEO) milik SpaceX Elon Musk, Starlink, benar-benar beroperasi di Indonesia.

Ada Perbedaan Praktik Penguburan Neanderthal dan Homo sapiens meski Terjadi pada Masa yang Sama

Dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Dian menyatakan kekhawatirannya terhadap potensi Starlink untuk mengambil pangsa pasar operator seluler di Indonesia dengan mudah, jika pemerintah tidak memberikan perlindungan yang cukup untuk operator seluler lokal.

"Kalau Elon Musk muncul, sudah masuk ke sini [Indonesia] dan kita tidak mendapatkan lapangan bermain yang sama. Wah, itu mungkin bisa menggusur operator seluler lokal," ujarnya dengan kekhawatiran yang tulus.

Penemuan Pabrik Tar Berusia 65.000 Tahun Bukti Penguasaan Teknik yang Canggih dari Neanderthal

Dian Siswarini berharap pemerintah dapat segera merumuskan regulasi yang melindungi operator seluler dalam negeri, sehingga industri telekomunikasi dalam negeri dapat tetap berkelanjutan dan bersaing secara adil.

Namun, berbeda dengan XL Axiata, PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), justru berencana untuk membeli kapasitas dari Starlink.

Revolusi Moral Friedrich Nietzsche: Apakah Kita Siap Hidup Tanpa Nilai Lama?

Sebagai pemegang Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) dari Kemenkominfo, Telkomsat berencana memanfaatkan Starlink untuk keperluan layanan backhaul Telkom Group.

Dalam praktiknya, satelit Starlink kemungkinan akan disewa oleh Telkomsat untuk memberikan layanan jaringan internet tertutup kepada pelanggan korporat.

Starlink merupakan konstelasi satelit berada di orbit bumi rendah dengan jarak sekitar 550 km. Keunggulan utama Starlink adalah latensi yang rendah, yang membuat layanan internet lebih cepat dibandingkan dengan provider satelit lainnya.

SpaceX, perusahaan di balik Starlink, telah mengklaim bahwa layanan ini dapat memberikan kecepatan internet hingga 350 Mbps. Ini jauh lebih cepat daripada rata-rata kecepatan layanan seluler Indonesia, yang sekitar 21 Mbps (unduh) menurut laporan Ookla.

Starlink adalah proyek ambisius yang bertujuan untuk menyediakan akses internet berkecepatan tinggi ke seluruh dunia, termasuk daerah yang saat ini tidak terlayani oleh internet. Dengan lebih dari 2.000 satelit diluncurkan ke orbit pada Januari 2023, Starlink telah menarik banyak perhatian, baik positif maupun negatif.

Tantangan besar yang dihadapi Starlink adalah mencapai keberlanjutan finansial, dengan perkiraan biaya hingga $30 miliar untuk tetap beroperasi. Namun, jika berhasil, proyek ini memiliki potensi untuk mengubah wajah industri internet di seluruh dunia.