LIPUTAN INTI 2023: Bridging the Gender Digital Divide, Upaya untuk Akses Digital yang Inklusif

Sekjen APJII dengan Panelis
Sumber :
  • Handoko

 

Mengejutkan, Ternyata Ini Konten Hiburan Online Paling Banyak Dikunjungi di Indonesia

Jakarta, WISATA - Pada hari terakhir penyelenggaraan Indonesia Internet Expo & Summit 2023 (IIXS-2023), yang diselenggarakan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sebagai bagian dari rangkaian acara Indonesia Technology and Innovation 2023, berlangsung panel diskusi yang mengangkat topik penting, yaitu "Bridging the gender digital divide: strategies for inclusive digital access." Acara ini menampilkan para panelis terkemuka dalam dunia teknologi dan gender.

Panel diskusi ini menghadirkan sejumlah panelis yang berkompeten dalam bidangnya: Bernardetta Raras, Direktur SCM & IT.ID Food; Sylvia Sumarlin, Senior Advisor Federasi Teknologi Informasi Indonesia; Jaleswari Pramodhawardhani, Deputi V Kantor Staf Presiden; Virna Lim, Ketua Umum Sobat Cyber Indonesia (sebagai Moderator). Diskusi berlangsung sangat menarik, dan para panelis menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang topik tersebut.

Inilah Tren Kategori Konten Internet yang Paling Banyak Diakses di Indonesia Tahun 2024

 

Penyerahan Plakat Kepada Panelis

Photo :
  • Handoko
Tren Konektivitas Internet Seluler di Indonesia Tahun 2024, Masih Terbuka Lebar Peluang Investasi

 

Dalam diskusi ini, diperjelas apa yang dimaksud dengan "gender digital gap" atau kesenjangan digital gender. Gender digital gap adalah kesenjangan akses, penggunaan, dan keterampilan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) antara laki-laki dan perempuan. Kesenjangan ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti:

  • Perbedaan dalam akses TIK. Perempuan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk memiliki akses internet, komputer, dan perangkat digital lainnya dibandingkan dengan laki-laki.
  • Perbedaan dalam keterampilan TIK. Bahkan jika perempuan memiliki akses TIK, mereka mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menggunakannya secara efektif.
  • Perbedaan dalam penggunaan TIK. Ketika perempuan menggunakan TIK, mereka mungkin memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan laki-laki, seperti penggunaan untuk komunikasi dan jejaring sosial.

Kesenjangan digital gender memiliki dampak negatif pada perempuan dan anak perempuan, termasuk pembatasan akses mereka terhadap informasi, peluang ekonomi yang terbatas, dan peningkatan risiko terhadap kekerasan dan eksploitasi.

 

Suasana Panel Diskusi

Photo :
  • Handoko

 

Panelis-panelis dalam diskusi ini mengusulkan sejumlah strategi untuk mengatasi kesenjangan digital gender, di antaranya: Pertama, Menyediakan akses yang sama ke TIK, termasuk akses internet gratis atau dengan biaya rendah. Kedua, Meningkatkan keterampilan TIK bagi perempuan dan anak perempuan melalui program pelatihan. Ketiga, Mengembangkan konten dan aplikasi TIK yang sensitif gender. Dan terakhir. Mengubah norma sosial dan hambatan budaya yang menghalangi perempuan untuk menggunakan teknologi.

 

Suasana Panel Diskusi

Photo :
  • Handoko

 

Sylvia Sumarlin menyatakan bahwa tantangannya bukan soal laki-laki versus perempuan dalam teknologi, melainkan bagaimana meningkatkan minat perempuan untuk menguasai teknologi. Hal ini menekankan pentingnya menghilangkan hambatan-hambatan yang ada dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua individu untuk mengakses dunia digital.

Dalam konteks ini, perlu ditekankan bahwa saat ini hanya 33,33% pengguna internet di Indonesia yang adalah perempuan, yang lebih rendah dari rata-rata global sebesar 49%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan yang perlu dilakukan untuk menjembatani kesenjangan digital gender di Indonesia.