Kisah Para Sufi: Ruzbihan Baqli, Sufi yang Menulis dengan Air Mata dan Cinta Mendalam

Perjalanan Sufi
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Hari ini, lebih dari 800 tahun setelah wafatnya, ajaran dan puisi Ruzbihan masih hidup. Banyak peneliti modern dan pecinta tasawuf yang menjadikan karyanya sebagai sumber inspirasi. Bahkan di era digital ini, kutipan-kutipan Ruzbihan sering bertebaran di media sosial, menjadi pelipur lara bagi jiwa-jiwa yang haus akan makna sejati.

Kisah Para Sufi: Maulana Rumi dan Shams, Dua Jiwa dalam Satu Cinta kepada Sang Kekasih

Di Shiraz, makamnya masih dikunjungi para peziarah. Di ruang sunyi tempat ia dahulu menulis dan berdoa, kini orang-orang duduk bersila, mengalunkan dzikir, dan merasakan getaran cinta yang sama seperti yang dulu memenuhi dada sang sufi.

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Inggris, Prancis, dan Indonesia. Dan yang paling menakjubkan, pesan-pesannya tetap relevan: bahwa di tengah keramaian dunia, kita selalu bisa kembali kepada Tuhan lewat jalan cinta yang tulus.

Cahaya, Hati: 25 Kutipan Terbaik dari Hasan al-Basri:, Suara Keadilan Spiritual dari Dunia yang Hiruk Pikuk

Menemukan Tuhan di Tengah Hati yang Luruh

Apa yang bisa kita pelajari dari Ruzbihan Baqli?

Cahaya Hati: 22 Kutipan dari Abu Yazid al-Busthami, Sang Sufi Pemberontak yang Mendaki Tangga Ketuhanan

Bahwa Tuhan tidak perlu dicari jauh-jauh. Ia hadir dalam setiap napas, setiap bunga yang mekar, setiap air mata yang jatuh karena rindu. Tuhan ada di dalam hati yang jujur, di dalam cinta yang tidak meminta balasan, di dalam kata yang dibisikkan di tengah malam saat dunia tertidur.

Ruzbihan mengajarkan kita bahwa menjadi pecinta Tuhan bukan berarti harus menjadi ulama besar atau ahli debat. Cukup dengan hati yang penuh rindu dan niat untuk mendekat. Cukup dengan menulis atau berbicara kepada-Nya, meski hanya dalam diam dan tangis.

Halaman Selanjutnya
img_title